Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah UMKM di Trenggalek Bangkit Kala Pandemi Covid-19 Demi Pertahankan Puluhan Pekerja

Srategi UMKM di Trenggalek bangkit di tengah pandemi Covid-19 demi mempertahankan puluhan pekerja.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Pipin Tri Anjani
SURYA/Aflahul Abidin
Beberapa karyawan membuat kue kering di rumah produksinya di Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, Sabtu (31/10/2020). 

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi para pelaku usaha. Banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mati suri.

Dari sekian yang tak bisa bertahan, beberapa UMKM terus berusaha bangkit dengan berbagai alasan.

Seperti usaha roti dan kue kering yang dikelola oleh pasangan suami-istri Muhammad Sulkan dan Sri Wulandari asal Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.

Bisnis makanan dan camilan itu tergolong lumayan besar. Pekerjanya 50 orang: 10 karyawan tetap dan 40 karyawan kontrak.

Awal pandemi membuat bisnis yang Sulkan dan istri geluti terseok-seok. Paling terasa ketika Ramadan hingga Lebaran lalu.

Baca juga: Cerita UMKM Bantal Guling dan Kasur Istana Bed, Bisa Terus Eksis Meski Saat Pandemi

Baca juga: Istri Rizki DA Mau Kabur Ditanya soal Kehamilan, Nadya Bahas Pertemuan Terakhir dengan Suami: Aneh

"Tahun lalu kami mengirim kue sampai 6 truk ke luar pulau saat Ramadan dan Lebaran. Masing-masing truk berisi sekitar 80 dus. Tiap dus isinya selusin toples kue kering," kata Sulkan, saat ditemui di rumah produksinya, Sabtu (31/10/2020).

Pasar kue kering mereka adalah daerah-daerah di wilayah Indonesia Timur, mulai Jawa hingga Papua.

Dampak wabah virus Corona membuat pesanan yang terlanjur masuk dibatalkan. Tak ada pengiriman ke luar pulau. Padahal bahan-bahan pembuat kue sudah terlanjut masuk ke gudang produksi.

"Awal sebelum Ramadan, kami sudah menyetok bahan hingga nilainya Rp 60 juta. Ada gula, tepung, dan lain-lain," sambung pria yang sudah mengelola usaha roti dan kue sejak awal 1990-an itu.

Saat pesanan dari luar pulau berhenti, pasangan suami-istri itu sempat terbesit menyetop sementara produksi.

Jika demikian, puluhan karyawan yang ada harus dirumahkan. Padahal pandemi juga membuat ekonomi keluarga para pekerja itu menurun.

"Ada beberapa pekerja kami yang orang tuanya sudah tidak bekerja akibat pandemi. Mereka jadi tulang punggung keluarga. Beberapa pekerja lain sudah terlanjur punya beban angsuran sepeda motor," ungkap Sulkan.

Baca juga: Buruh Jawa Timur Desak Gubernur Khofifah Tetap Naikkan UMP 2021, Berencana Aksi Saat Hari Pahlawan

Atas pertimbangan itu, Sulkan dan istri urung menutup produksi roti dan kue.

Mereka bertekad bisnis harus tetap jalan. Alat-alat produksi harus tetap bergerak. Para karyawan harus tetap memiliki pekerjaan.

"Akhirnya kami niati, bagaimana agar bahan yang sudah terlanjur ada di gudang harus terus diolah. Soal pasar, kami pikir belakangan," sambung Wulandari.

Awal mula, kue hasil produksi yang tak terserap pasar dibagikan ke para tetangga. Wulandari menyebut, ada ratusan toples kue yang dibagi-bagi saat itu.

"Setidaknya, kue itu akan bermanfaat untuk para tetangga. Minimal untuk jajanan saat Lebaran," kata dia.

Agar tetap ada pemasukan, mereka memutuskan untuk berjualan langsung ke pasar tradisional.

Mereka membuat jajanan roti-rotian untuk dijajakan langsung ke pembeli.

Ini merupakan hal baru bagi mereka. Sebelumnya, usaha roti dan kue bermerek Family itu hanya melayani pesanan dalam jumlah banyak.

"Sebenarnya di luar Ramadan dan Lebaran, kami juga membuat roti dan kue. Biasanya sekadar untuk memenuhi pesanan. Tapi karena pesanan sepi, kami putuskan untuk berjualan di pasar," ucap Wulandari.

Sejak Juli lalu, Sulkan menyewa lapak di salah satu pasar tradisional di pusat kota Trenggalek. Tarif sewanya Rp 100 ribu per bulan.

Saban subuh mulai pukul 03.30 WIB hingga 09.30 WIB, Sulkan dibantu beberapa pekerja menjajakan roti dan kuenya di sana.

Di luar dugaan hasil penjualan di pasar cukup menguntungkan. Minimal, kata Wulandari, bisa untuk sekadar membayar para pekerja.

"Sehari kami bisa menjual sekitar 1.500 biji roti dan kue. Dari jualan di pasar itu, pesanan juga mulai masuk pelan-pelan, hingga rata-rata kami bisa produksi sehari sekitar 2.000 biji," ujarnya.

Agar pembeli di pasar tak bosan, jenis roti dan ke yang dijajakan diubah beberapa hari sekali.

"Untuk rotinya, seperti donat dan roti manis. Kalau kuenya, seperti nastar dan kue-kue kering lain. Sekarang lagi banyak yang suka kue kacang, jadi di tempat produksi, kami fokus bikin itu," ucap Wulandari.

Tak sekadar penjualan langsung, pandemi ini juga membuat mereka lebih serius berjualan dalam jaringan (daring).

Hasilnya pun positif, setidaknya ia pernah mendapat pesanan dari website yang mereka buat senilai total Rp 130 juta.

Untung dari hasil penjualan itu dipakai untuk membeli masker kain. Masker kemudian dibagikan ke para tetangga.

Sulkan dan Wulandari bersyukur, usaha mereka tetap bisa berjalan di saat pandemi. Mereka mengaku mendapat banyak hikmah, salah satunya untuk saling berbagi dan membantu satu sama lain di saat kondisi sulit.

Terkahir, mereka berharap, wabah yang disebabkan virus SARS-CoV-2 ini segera berakhir. Sehingga usahanya tetap berjalan dan para karyawan juga terus punya pekerjaan.

Baca juga: Jennifer Jill Rela Operasi Organ Intim Demi Ajun, Boy William Syok Bahas Selingkuh dan Anak, Kill?

Maksimalkan Peran Digital

Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Komidag) Kabupaten Trenggalek terus mendorong para pelaku UMKM untuk memaksimalkan teknologi digital.

Teknologi dianggap sebagai salah satu wadah yang tepat untuk menggaet pelanggan kala pandemi.

Tak cuma pengusaha yang memproduksi barang atau makanan, Komidag juga ingin agar para pedagang di pasar tradisional lebih melek teknologi.

Salah satu caranya, dinas itu meluncurkan situs pasartrenggalek.com -- laman yang berisi barang jualan pedagang di beberapa pasar tradisional.

Kepala Dinas Komidag Kabupaten Trenggalek Agoes Setiyono mengatakan, situs tersebut tak sekadar menghubungkan pedagang dan pembeli pasar. Tapi juga memberi contoh kepada pelaku usaha tentang manfaat pentingnya pemanfaatan teknologi.

"Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi ini cakupannya luas. Bahkan, para pedagang di pasar pun bisa memanfaatkannya," ucap dia.

Dinas menggandeng salah satu perbankkan pelat merah untuk mengembangkan situs tersebut. Hasilnya, kata Agoes, cukup memuaskan.

Transaksi lewat laman pasartrenggalek.com terus berjalan dan tumbuh dari waktu ke waktu sejak diresmikan Juni lalu. (SURYA/Aflahul Abidin)

Editor: Pipin Tri Anjani

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved