Main ke Rumah Markoem, Pengrajin Biola Tertua di Surabaya, Buatan Tangannya Diakui Komposer Jerman
Mampir ke rumah Markoem, pengrajin biola tertua di Surabaya. Mulai membuat biola sejak 1995, kualitasnya diakui komposer Jerman.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Suara gesekan biola mengalun merdu di salah satu rumah sederhana di kawasan RW 11 Kaliasin, Surabaya.
Dengan tangan keriputnya, Markoem memainkan komposisi musik gubahan Gesang, Bengawan Solo.
Penampilannya belum berakhir, pria berusia 85 tahun ini melanjutkan dengan mempersembahkan lagu rohani Ave Maria.
"Ayo tebak ini lagu apa?," tanyanya sambil tertawa, Minggu (1/11/2020).
Baca juga: Kemendagri Tegur ASN Mojokerto Tidak Netral di Pilkada, Begini Tanggapan Pjs Bupati Himawan
Baca juga: Harga Tiket Masuk Wisata Pinus Songgon Banyuwangi, Pengunjung Bisa Naik ke Rumah Pohon, Ini Rutenya
Kepada awak TribunJatim.com, kakek dengan 13 cucu ini mengatakan mulai belajar biola sejak 1957.
Tidak hanya mahir memainkan, ia juga menjadi salah satu pengrajin biola tertua di Surabaya.
"Saya mulai membuat biola sejak 1995. Sebelumya, saya ikut sekolah biola. Waktu itu, saya diajarkan baik menggesek maupun membuat biola," ungkap Markoem.
Baca juga: Daftar Harga Mobil Bekas di Bawah Rp 60 Juta, Banyak Pilihan dari Daihatsu Xenia hingga Kia Carrens
Baca juga: Dituding Lakukan Kecurangan Tes Perangkat Desa, Camat Kedungwaru Tulungagung Laporkan LSM dan Media
Meski dibuat menggunakan alat-alat yang sederhana, namun kualitas biolanya sudah diakui hingga mancanegara. Bahkan, pernah dibeli oleh komposer Jerman.
"Waktu itu dia tertarik dengan biola saya, katanya bagus seperti biola merek terkenal. Akhirnya dibawalah ke Jerman," katanya mengenang.
Bukan hanya Jerman, biola model Eropa miliknya sudah sampai ke Perancis, Denmark, dan masih banyak lagi.
"Biola saya pernah sampai diburu banyak orang. Waktu itu, kalau tidak salah tahun 2018, lagi usum biola yang ada ukirannya. Nah itu saya banyak permintaan sampai ke luar negeri," katanya.
Produk biola Markoem juga terkenal di dalam negeri, baik Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan sebagainya.
"Untuk membuatnya, saya memakai kayu pinus yang sudah tua. Bahannya saya ambil dari Yogyakarta, kebetulan anak saya ada yang di sana. Sayangnya, saat ini bahannya susah dicari. Jadi saya sedang berhenti membuat bola sejak 2018, tapi masih buka jasa servis," terang pria yang pernah bekerja di pelayaran ini.
Untuk membuatnya, Markoem bekerja sama dengan salah satu pengrajin di Surabaya. Menurutnya, membuat biola harus sempurna agar bunyi yang tercipta indah.
"Kalau sudah menemukan as atau poros kayu, baru nanti dibuat pola. Pertemuan sisi kanan dan kiri harus pas ditengah," ungkap penggemar seriosa ini.