Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19, Nangkula Park Desa Kendalbulur Tulungagung Raup Omset Rp 1,5 M
Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Tulungagung bangkit di tengah pandemi Covid-19. Nangkula Park raup omzet Rp 1,5 miliar.
Penulis: David Yohanes | Editor: Hefty Suud
“Jadi kami memang menyajikan tempat bersantai keluarga. Ada banyak gazebo yang bisa dipakai. Selain tempat bermain yang luas untuk anak-anak,” sambung Anang.
Keberadaan taman ini membuka menyerap tenaga kerja warga setempat sejumlah 41 orang. Mereka bekerja di resto, loket, tukang parkir dan para pekerja lain.
Selain itu keberadaan taman ini menggerakkan 15 UMKM desa.
UMKM ini yang memasok suvenir dan aneka makanan yang dijual di Nangkula Park. Setiap UMKM berbasis keluarga ini juga menyerap sejumlah orang sebagai pekerja.
Keberadaan Nangkula Park juga membuka belasan warung di sekitarnya.
Belum lagi pekarangan rumah dan tanah kosong yang diubah menjadi lahan parkir. Selama rentang Juli-Oktober 2020, total omzet di Nangkula Park saja senilai Rp 1,5 miliar. Jumlah yang sangat besar mengingat masih dalam situasi pandemi.
“Jumlah itu dari pemasukan tiket, tempat parkir, restoran kami, dan penjualan aneka makanan serta suvenir dari UMKM. Dari nilai transaksi itu, Rp 150 juta masuk ke kas desa sebagai PAD (Pendapatan Asli Desa),” ungkap Anang.
Nilai omset yang tercatat ini belum termasuk transaksi di luar Nangkula Park. Seperti warung-warung milik warga, serta lahan parkir yang dikelola warga. Anang mengaku belum melakukan pendataan omzet mereka.
Namun yang pasti, kerja kolektif semua pihak mampu membangkitkan ekonomi warga Desa Kendalbulur. Nangkula Park kini menjadi penghidupan bersama warga. Bahkan di masa pandemi ini, ekonomi warga telah bangkit.
“Kalau dari PAD, dalam setahun kami hanya dapat Rp 50 juta. Tapi empat bulan kemarin kami sudah dapat Rp 150 juta,” tandasnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Tulungagung, Eko Asistono mengatakan, Desa Kendalbulur bisa menjadi contoh. Penggunaan Dana Desa (DD) jangan fokus pada kegiata konsumtif. DD bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produktif.
“Dalam waktu 4 bulan saja, omzetnya mencapai Rp 1,5 miliar. Tinggal setiak desa membaca potensinya masing-masing, gunakan DD untuk memberdayaan,” ujar Eko.
Eko juga memuji kebangkitan ekonomi Desa Kendalbulur di tengah pandemi ini. Eko berharap semakin banyak desa yang memanfaatkan DD dengan kreatif. Sebab DD bisa menjadi pendongkrak ekonomi di ditingkat desa, di saat pandemi virus corona masih berlangsung.
Salah satu penakanana Eko adalah mempertahankan ciri khas desa, dan tidak melakukan modernisasi. Sebab suasana asli desa yang kini justru menjadi daya tarik wisatawan dari kota. Banyak orang perkotaan yang ingin kembali menikmati suasana desa.
“Buat sesuatu yang khas dengan desanya masing-masing. Terus berinovasi agar wisatawan tidak bosan untuk datang,” tandasnya.
Penulis: David Yohanes
Editor: Heftys Suud