Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19, Nangkula Park Desa Kendalbulur Tulungagung Raup Omset Rp 1,5 M
Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Tulungagung bangkit di tengah pandemi Covid-19. Nangkula Park raup omzet Rp 1,5 miliar.
Penulis: David Yohanes | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Tulungagung, Jawa Timur sempat mengalami stagnasi ekonomi di masa pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
Namun saat pemberlakukan new normal, mereka bangkit lewat Nangkula Park, hingga mampu menggerakkan ekonomi secara luas.
Hamparan tanah aset Desa Kendalbulur kini tampil beda.
Lahan sawah yang bisa disewakan satu tahun sekali, kini telah berubah menjadi taman bermain dan rekreasi keluarga.
Baca juga: Sirekap Solusi Pilkada di Tengah Pandemi, Diharap KPU Jatim Jadi Titik Mulainya Elektronik Voting
Baca juga: Paguyuban Pengusaha Gresik Dukung NIAT, Sosok Gus Yani Dinilai Cepat dan Tangkas Atasi Masalah
Dalam waktu empat bulan, keberadaan taman ini mampu menggerakkan ekonomi dengan omzet Rp 1,5 miliar.
“Kini kami tumbuh bersama, mulai dari pekerja Nangkula Park, UMKM dan warga di sekitar. Semuanya merasakan kebangkitan ekonomi,” ucap Kepala Desa Kendalbulur, Anang Mustofa.

Anang merancang Nangkula Park sejak awal 2020. Namun sayang saat belum tuntas, terjadi pandemi virus Corona. Ekonomi warga mengalami kemunduran karena kebijakan “di rumah saja”.
Hingga kerja keras seluruh elemen masyarakat Tulungagung, membuat pasien Covid-19 bisa dikendalikan.
Baca juga: Ditemukan Tumpukan Bata di Desa Lang-lang, Diduga Peninggalan Kerajaan yang Pernah Jaya di Jatim
Baca juga: Risma Bersama PDIP Surabaya Kawal Eri Cahyadi Bertemu Muhammadiyah, Ungkap Pendidikan Jadi Prioritas
Pada Juni 2020 wilayah Tulungagung masuk zona kuning. Kebijalan penanganan Covid-19 mulai dilonggarkan dan ekonomi mulai berjalan.
“Nangkula Park resmi kami luncurkan pada 28 Juni 2020. Kami mengandalkan wisata buatan untuk keluarga,” tutur Anang.
Meski di tengah pandemi, minat wisatawan lokal sangat tinggi. Tidak hanya di akhir pekan, setiap hari banyak wisatawan datang menikmati suasana taman di kawasan persawahan ini.
Karena masih suasana pandemi, pengelola menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Sejumlah tempat cuci tangan dipasang di pintu masuk. Selain itu alat ukur suhu otomatis juga dipasang. Pengelola juga mewajibkan setiap pengunjung menggunakan masker.
Nangkula park menyajikan taman bunga celocia beraneka warna nan indah. Di tengah taman ada monumen keris menjulang, dengan gagang Ganesha.
Karena keris ukuran raksasa ini, warga juga menyebutnya sebagai taman keris.
“Jadi kami memang menyajikan tempat bersantai keluarga. Ada banyak gazebo yang bisa dipakai. Selain tempat bermain yang luas untuk anak-anak,” sambung Anang.
Keberadaan taman ini membuka menyerap tenaga kerja warga setempat sejumlah 41 orang. Mereka bekerja di resto, loket, tukang parkir dan para pekerja lain.
Selain itu keberadaan taman ini menggerakkan 15 UMKM desa.
UMKM ini yang memasok suvenir dan aneka makanan yang dijual di Nangkula Park. Setiap UMKM berbasis keluarga ini juga menyerap sejumlah orang sebagai pekerja.
Keberadaan Nangkula Park juga membuka belasan warung di sekitarnya.
Belum lagi pekarangan rumah dan tanah kosong yang diubah menjadi lahan parkir. Selama rentang Juli-Oktober 2020, total omzet di Nangkula Park saja senilai Rp 1,5 miliar. Jumlah yang sangat besar mengingat masih dalam situasi pandemi.
“Jumlah itu dari pemasukan tiket, tempat parkir, restoran kami, dan penjualan aneka makanan serta suvenir dari UMKM. Dari nilai transaksi itu, Rp 150 juta masuk ke kas desa sebagai PAD (Pendapatan Asli Desa),” ungkap Anang.
Nilai omset yang tercatat ini belum termasuk transaksi di luar Nangkula Park. Seperti warung-warung milik warga, serta lahan parkir yang dikelola warga. Anang mengaku belum melakukan pendataan omzet mereka.
Namun yang pasti, kerja kolektif semua pihak mampu membangkitkan ekonomi warga Desa Kendalbulur. Nangkula Park kini menjadi penghidupan bersama warga. Bahkan di masa pandemi ini, ekonomi warga telah bangkit.
“Kalau dari PAD, dalam setahun kami hanya dapat Rp 50 juta. Tapi empat bulan kemarin kami sudah dapat Rp 150 juta,” tandasnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Tulungagung, Eko Asistono mengatakan, Desa Kendalbulur bisa menjadi contoh. Penggunaan Dana Desa (DD) jangan fokus pada kegiata konsumtif. DD bisa dimanfaatkan untuk kegiatan produktif.
“Dalam waktu 4 bulan saja, omzetnya mencapai Rp 1,5 miliar. Tinggal setiak desa membaca potensinya masing-masing, gunakan DD untuk memberdayaan,” ujar Eko.
Eko juga memuji kebangkitan ekonomi Desa Kendalbulur di tengah pandemi ini. Eko berharap semakin banyak desa yang memanfaatkan DD dengan kreatif. Sebab DD bisa menjadi pendongkrak ekonomi di ditingkat desa, di saat pandemi virus corona masih berlangsung.
Salah satu penakanana Eko adalah mempertahankan ciri khas desa, dan tidak melakukan modernisasi. Sebab suasana asli desa yang kini justru menjadi daya tarik wisatawan dari kota. Banyak orang perkotaan yang ingin kembali menikmati suasana desa.
“Buat sesuatu yang khas dengan desanya masing-masing. Terus berinovasi agar wisatawan tidak bosan untuk datang,” tandasnya.
Penulis: David Yohanes
Editor: Heftys Suud