5 Usulan Geopark Tulungagung Dinilai Bertaraf Internasional, Goa Wajakensis hingga Gunung Budheg
5 dari 10 usulan Geopark Tulungagung dinilai bertaraf internasional oleh ahli. Gunung Api Purba Budheg, Goa Wajakensis hingga Pantai Patahan Sanggar.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Prasetyadi yakin, andai fosil itu sudah ada di Tulungagung, otomatis akan berubah menjadi Geopark internasional.
“Paling akhir tahun ini, atau awal tahun depan sudah ada penetapan Geopark nasional,” ujarnya.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Pemandian Air Panas Tirta Husada, Tempat Wisata Populer di Ponorogo, Buka 24 Jam
Geomarmer Tulungagung dianggap unik, karena terjadi karena proses pemanasan alam dan dalam jumlah yang sangat besar.
Bahkan sumber panasnya juga diketahui berada di sekitar tempat, yang saat ini dikenal dengan Makam Bedalem.
Sedangkan Goa Wajakensis membentang hingga ke Goa Tenggar, tempat ditemukannya banyak fosil makhluk hidup, seperti kerbau.
Gunung Budheg juga tak kalah menarik, karena gunung api purba yang ada di dekat kota.
Lokasinya bisa dijangkau dengan mudah.
Keunikan ini tidak ditemukan pada gunung api purba yang lain.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Pantai Balekambang dan Bedengan Malang, Cocok Banget untuk Piknik bersama Keluarga
“Salah satu syarat Geopark adalah mudah diakses. Percuma kita punya Geopark tapi letaknya jauh, tidak bisa dikunjungi,” ucap Prasetyadi.
Sedangkan Pantai Patahan Sanggar dikelilingi tebing-tebing patahan yang luar biasa.
Karena adanya benteng tebing alam ini, maka tempat ini dijadikan penyu untuk bertelur.
Sementara Terowongan Batu Gamping Niyama dianggap mempunyai keunikan fungsi yang tidak ditemui di kota lain.
Sebelum ada terowongan ini, aliran air di Tulungagung dan dari Trenggalek berkumpul di wilayah selatan sehingga menjadi kawasan rawa.
Baca juga: Setelah Ramai, Pupuk yang Diduga Palsu Menghilang dari Tanggunggunung Tulungagung
Jika tidak ada terowongan ini, maka Tulungagung selatan akan menjadi rawa abadi.
Namun dengan keberadaan terowongan ini, menjadikan kawasan selatan kering dan menjadi layak huni seperti saat ini.
“Niyama adalah bendungan alam yang sangat besar. Jika tidak ada disudet (ke arah laut), maka selamanya Tulungagung menjadi rawa,” pungkas Prasetyadi.
Editor: Dwi Prastika