Alasan Suami Bunuh Istri dan Anak, Tidur bareng Jenazah hingga Seminggu, Kejahatan Diungkap Iparnya
Kronologi pembunuhan istri dan anak oleh suami, berakhir pelaku tidur bersama jenazah keluarganya itu hingga seminggu.
TRIBUNJATIM.COM - Kejadian tragis dan mengerikan menimpa sebuah keluarga.
Seorang istri dan anak dibunuh dengan tangan kosong oleh sang kepala keluarga sendiri.
Suami membunuh istri dan anaknya, lantas merasa bersalah ia tak sanggup mengubur keduanya.
Suami akhirnya memutuskan tidur bersama jenazah sampai 7 hari lamanya.
Pada akhirnya, kejahatan sang suami terendus juga dan diungkap oleh saudara iparnya.

Bersama dengan pihak kepolisian, suami pun digelandang dan ditahan setelah membunuh istri dan anaknya sendiri di tempat tinggal mereka.
Kronologi pembunuhan dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com via Tribun Bogor, berawal dari emosi sang suami yang begitu memuncak.
Ironisnya pembunuhan keji itu dilakukan kepada sang istri yang tengah mengandung janin berusia 6 bulan.
Anak keduanya berusia 4 tahun juga dibunuh secara brutal setelah melihat kejadian pembunuhan.
Kasus suami bunuh istri hamil bernama Choong Pei Shan (39) ini terjadi di Singapura dan pelaku mendapatkan hukuman mati dari pengadilan setempat.
Dalam keterangan yang disampaikan di pengadilan, setelah membunuh istri dan putrinya, pelaku yang juga sebagai agen properti terkemuka ini tidur di samping mayat yang ada ditaruh kasur selama 7 hari.

Awal Kejadian
Pelaku bernama Teo Ghim Heng (45) kesal setelah dihina istrinya di depan putrinya.
Amarah Heng tak terbendung hingga dia tega mencekik istrinya hingga terkapar.
Tak berhenti di situ, putrinya yang tak tahu apa-apa terkait permasalahan dengan istrinya, juga menjadi korban.
Dilansir dari Mirror, Jumat (13/11/2020), Heng dijatuhi dijatuhi hukuman mati.
Heng awalnya mencekik istrinya menggunakan handuk setelah berdebat tentang masalah keuangan.
Setelah membunuh istrinya yang sedang hamil enam bulan tersebut, Heng memutuskan untuk membunuh putrinya, Zi Ning.
Daily Star melaporkan Heng dinyatakan bersalah atas dua tuduhan pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati di Singapura pada 12 November.

Mayat ditaruh kasur
Setelah membunuh, Heng kemudian meletakkan mayat istri dan putrinya tersebut di atas kasur dan tidur di samping mereka selama tujuh hari.
Dia telah berencana untuk bunuh diri untuk agar bisa bersatu dengan istri dan anaknya tersebut setelah kematian.
Namun Heng gagal meskipun telah berulangkali mencoba melakukan beberapa percobaan bunuh diri.
Heng juga sempat mencoba membakar dirinya namun gagal setelah merasakan panasnya api.
Perbuatan Heng akhirnya terkuang setelah saudara iparnya mengunjungi rumahnya.
Saudara ipar Heng tersebut awalnya curiga karena Heng dan keluarganya tidak menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek dan Pei Shan tidak menanggapi pesan singkat ataupun telepon.

Setelah saudara ipar Heng tidak bisa masuk ke rumah Heng, kecurigaannya semakin menjadi-jadi dan akhirnya dia melapor ke polisi.
Polisi, bersama saudara ipar Heng, lantas mendatangi rumah Heng.
Dan ketika Heng membuka pintu, dia sangat terkejut.
Heng langsung menghampiri saudara iparnya tersebut dan mengatakan bahwa istrinya sudah meninggal.
Sebelumnya, Heng berpenghasilan sekitar 20.000 dollar Singapura (Rp 21 juta) sebulan dan bekerja sebagai agen properti terkemuka.
Tetapi karena suatu sebab, dia kehilangan pekerjaannya.
Baca juga: Tragedi Suami Bunuh Diri Disusul Istri, Tinggalkan Surat Pilu, Nasib Tragis Sehari Pasca Ijab Kabul
Baca juga: Kematian Tragis Wanita Jogja Pasca Nikah, Hilang 10 Tahun, Lalu Kerangka Ditemukan, Suami Bunuh Diri
Baca juga: Cemburu Istri Diselingkuhi, Suami Bunuh Pria di Kediri, Korban Dipancing Pakai Ponsel Istri Pelaku
Terjerat utang judi
Utang judinya meningkat, tagihan kartu kreditnya menumpuk, dan biaya sekolah putrinya juga tidak bisa terbayarkan.
Karena terjerat masalah keuangan, keluarga itu akhirnya sering cekcok.
Hal itu terungkap dalam persidangannya.
Heng juga curiga bahwa putrinya sebenarnya bukan darah dagingnya setelah memergoki istrinya bersama dengan pria lain pada Oktober 2014.
Jaksa berpendapat kesehatan mental Heng tidak terganggu karena dia bisa menggambarkan bagaimana istrinya memarahinya dengan sangat rinci, serta bagaimana dia membunuh keluarganya.
Tim pengacara Heng, yang dipimpin oleh Eugene Thuraisingam, mengatakan Heng telah menderita gangguan depresi berat dan parah lalu tiba-tiba diprovokasi.

Mereka meminta agar penjatuhan hukuman terhadap Heng dikurangi.
Namun, Hakim Kannan Ramesh menolak pembelaan Heng dan adanya provokasi tiba-tiba.
Ramesh juga mendapatkan butki bahwa Heng tidak mengalami gangguan depresi hebat pada saat pembunuhan.
Heng dijatuhi hukuman maksimum untuk kasus pembunuhan di Singapura, yaitu hukuman mati.
Tim hukum Heng bermaksud mengajukan banding atas putusan dan hukuman tersebut.
Heng juga menghadapi dakwaan ketiga karena menyebabkan kematian janin yang belum lahir, namun ditarik setelah divonis pada Kamis (12/11/2020).
Artikel di atas diolah dari artikel yang tayang di Kompas.com dan TribunnewsBogor.com berjudul Suami Bunuh Istri dan Putrinya, lalu Tidur Dengan Jenazah Korban Selama 7 Hari dan Kronologi Suami Bunuh Istri dan Putrinya, Pelaku Tidur dengan Jenazah Korban Selama 7 Hari