Tulungagung Banyak Zona Hijau, Bupati Belum Mau Berlakukan Pembelajaran Tatap Muka untuk TK-SMP
Meski Tulungagung banyak yang sudah zona hijau, Bupati Maryoto Birowo belum mau berlakukan pembelajaran tatap muka untuk TK-SMP.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo belum mengizinkan pembelajaran tatap muka tingkat TK, SD, dan SMP.
Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ancang-ancang pembelajaran tatap muka pada Januari 2021, namun bupati akan mempertimbangkan kondisi secara umum di Tulungagung.
"Harapannya pandemi virus Corona (Covid-19) ini berlalu, dan semua kembali normal. Termasuk dunia pendidikan," terang Maryoto Birowo, Selasa (24/11/2020).
Terkait kemungkinan diberlakukannya pembelajaran tatap muka Januari 2021, Maryoto Birowo tidak serta merta turut instruksi dari pusat.
Sebab menurutnya, keputusan terakhir tetap pada kepala daerah, menyesuaikan kondisi masing-masing daerah.
Pihaknya akan memantau situasi hingga awal 2021 mendatang.
Baca juga: Pemotor Terobos Jalan Dicor di Tulungagung, Video Lucunya Viral: Tak Bisa Maju Terjepit Semen Basah
Baca juga: Sosok Ni’ma, Wanita Tulungagung yang Dibunuh Tetangganya Sendiri, Warga: Sangat Dihormati
"Kabupaten Tulungagung cukup bagus, 80 persen sudah menghijau. Tapi kami tidak bisa serta merta melaksanakan pembelajaran tatap muka," tegas Maryoto Birowo.
Sebelumnya ada usulan, pembelajaran dilakukan berdasarkan zona per kecamatan.
Kecamatan yang masuk zona hijau sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka.
Namun menurut Maryoto Birowo, selama ada interaksi masyarakat, pembatasan zona tetap berbahaya.
Sebab pemerintah tidak mungkin melarang pergerakan warga antarkecamatan.
Baca juga: Gasak Ponsel di Toko, Maling di Tulungagung Malah Jual Hasil Curian ke Pacar Anak Korban
Baca juga: Kasus Covid-19 di Ponorogo Naik, Pemkab Tak Tambah Jumlah Sekolah Tatap Muka
Kondisi ini yang membuat kecamatan zona hijau pun tetap punya risiko penularan.
Karena itu memilih menunggu situasi jauh lebih baik, sebelum pembelajaran tatap muka dimulai.
"Masyarakat kita itu mobile. Jadi berisiko akan terjadi klaster baru jika kita membuka pembelajaran tatap muka," tutur Maryoto Birowo.