Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Cobain Brem Daun Kelor Madiun, Tinggi Antioksidan, Rasanya Unik Mirip Green Tea: Ada Sedikit Paitnya

Produsen brem di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun ciptakan varian brem daun kelor. rasanya unik mirip green tea: ada sedikit paitnya.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Hefty Suud
SURYA/MOHAMMAD ROMADONI
Romadhon dari Desa Kaliabu, menunjukkan varian brem daun kelor yang diproduksinya. 

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kelor atau yang memiliki nama latin Moringa Oliefera merupakan tanaman pangan lokal yang memiliki kandungan gizi tinggi dan variatif.

Tidak hanya diolah menjadi sayur bening, daun kelor ternyata juga bisa diolah menjadi brem. 

Tak percaya ada varian brem daun kelor? 

Baca juga: Gempur Peredaran Rokok Ilegal di Kabupaten Malang, Diskominfo Gencarkan Sosialisasi Ketentuan Cukai

Baca juga: Arema FC Lebih Tertarik Datangkan Bakat Muda dari Akademi untuk Stok Pemain Lokal, Begini Alasannya

Ada sentra produksi brem di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.  

Seiring dengan perkembangan, ada berbagai macam variasi rasa brem. Diantaranya, original, rasa buah-buahan dan cokelat.

Seorang produsen brem dari Desa Kaliabu, bernama Romadhon (40), mencoba menciptakan variasi rasa baru brem dengan campuran daun kelor.

Setelah melakukan berbagai percobaan, akhirnya ia berhasil meracik brem yang diberi ekstrak daun kelor.

Seperti brem pada umumnya, brem buatan Romadhon ini juga berbahan dasar ketan beras.

Baca juga: Kecelakaan Maut di Jalan Cor Puri Mojokerto, Adu Moncong Sepeda Motor Renggut 3 Nyawa Korban

Baca juga: Pasutri Kerajaan Inggris Ternyata Pisah Ranjang, Alasan Kebiasaan Turun Temurun Disoroti: Bahagia

Ekstrak daun kelor, menjadi tambahan sehingga brem menjadi warna hijau muda dan memiliki rasa sedikit pahit seperti matcha.

"Rasanya unik seperti green tea matcha, ada sedikit pahit-pahitnya," kata Romadhon pada awak TribunJatim.com, Selasa (24/11/2020).

Bapak dua anak ini menceritakan, ia sudah  memproduksi brem daun kelor sejak 2017, lalu. Namun, brem rasa daun kelor kurang laku di pasaran.

Ia mengatakan, masih banyak masyarakat yang  beranggapan bahwa daun kelor hanya digunakan untuk mengusir setan atau untuk memandikan jenazah.

Padahal daun kelor ini kaya akan antioksidan dan merupakan superfood. 

“Kandungan kelor di brem ini juga tidak hilang. Itu sudah kami buktikan setelah dilakukan uji laboratorium di Surabaya,” jelas Romadhon.

Dia menuturkan, awal mula ide membuat brem varian daun kelor ini berawal dari permintaan seorang kiai Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) Nganjuk, Jawa Timur.

Pada saat itu, ini pondok tersebut sedang gencar mengkampanyekan tanaman herbal, termasuk daun kelor untuk kesehatan. 

Romadhon menjelaskan, cara membuat brem kelor sama dengan proses pembuatan brem pada umumnya. Bedanya, hanya bahan tambahan yakni serbuk ekstrak daun kelor.

“Untuk pembuatan bremnya sama, mulai dari ketan dimasak sampai matang. Kemudian diberi ragi sampai jadi sari ketannya, lalu diberi serbuk daun kelor,”katanya.

Harga brem kelor ini, dijual lebih mahal dibandingkan brem rasa lainnya. Harga sebungkus brem kelor berisi satu keping brem kelor, dibanderol Rp 2.500.

Sedangkan brem originial berisi satu bungkus berisi tiga keping, harganya Rp 4.000.

“Untuk brem kelor ini, saya membuatnya sepekan sekali. Sekitar 500 keping sekali produksi,” paparnya. 

Brem kelornya banyak dijual di Pomosda Nganjuk. Sedangkan di wilayah Madiun, brem kelor ini belum banyak diminati.

“Ya karena itu mitos tentang daun kelor ini kan ada sisi mistisnya. Sales yang biasanya menjualkan produk saya juga tidak berani mengambil brem kelor. Padahal di Nganjuk, brem kelor ini sangat laku,” katanya. 

Penulis: Rahadian Bagus

Editor: Heftys Suud

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved