Heboh Api 1,5 Meter Mendadak Muncul di Tengah Kota Mojokerto, Warga Panik: Disiram Air Tak Padam
Heboh api 1,5 meter muncul di tengah Kota Mojokerto, tepatnya di Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajuritkulon. Disiram air 1 jam tak padam.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Hefty Suud
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Masyarakat dihebohkan dengan kemunculan api setinggi 1,5 meter dari dalam selokan air tepatnya di depan SMK Kesehatan Nomor 25, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Rabu sore (25/11/2020).
Kemunculan api yang tiba-tiba itu sontak menggegerkan warga setempat, mereka sempat berupaya memadamkan api itu, namun api tidak kunjung padam.
Awalnya mengira api berasal dari pembakaran sampah.
Baca juga: Tempat Karaoke di Kota Kediri Nekat Buka, Satpol PP Kota Kediri dan TNI/Polri Menutup Paksa
Baca juga: Temannya Ditangkap Duluan, Pemuda 17 Tahun Komplotan Jambret di Surabaya Ini Serahkan Diri ke Polisi
Kepanikan warga bertambah lantaran api tidak kunjung padam meski telah disiram air selama sekitar satu jam.
Mereka akhirnya menghubungi petugas Pemadam Kebakaran Kota Mojokerto untuk memadamkan kobaran api yang muncul secara misterius tersebut.
Rohman (50) warga setempat mengatakan, kobaran api tiba-tiba muncul dari selokan air sekitar pukul 16.00 WIB. Dia mengira ada yang membakar sampah, namun di lokasi kejadian ternyata tidak ada yang sedang melakukan pembakaran.
"Tadi tidak ada yang bakar sampah di sini. Tapi api muncul tiba-tiba dari dalam saluran air," ungkapnya di lokasi kejadian, Rabu (25/11/2020).
Baca juga: Kelakuan Buruk Anak Curi Emas Ibunya yang Lagi Sakit, Demi Belikan Pacar Baju, Sepatu, & Modal Nikah
Baca juga: Edhy Prabowo Ditangkap KPK karena Dugaan Suap, Jokowi Kini Tunjuk Luhut Jadi Menteri KKP Ad Interim
Kejadian itu sontak membuat dia kalang kabut, apalagi terdapat lapak pedagang kaki lima sekitar 10 meter lokasi kejadian.
Rohman yang merupakan pedagang buah bersama istrinya bahkan mengamankan barang dagangannya lantaran khawatir kobaran api itu berpotensi meledak.
"Ya panik apalagi kobaran api cukup besar sekitar 1,5 meter sampai dua meter, saya takut meledak kan khawatir menjalar sampai sini," jelasnya.
Kobaran api itu diduga berasal dari kebocoran pipa gas di dalam tanah yang dibuktikan adanya bau menyengat menyerupai gas elpiji yang tercium hingga radius 12 meter di seberang jalan.
"Tadi pertama kali yang tahu sekuriti sekolah. Ada api di selokan, bahkan warga sudah menyiram pakai air selama satu jam tapi kunjung padam. Usai disiram air kobaran api sempat mengecil namun semakin berkobar," ucap Rohman.
Dia menyebut kemungkinan api berasal dari pipa gas bocor. Apalagi, warga setempat menggunakan gas Saluran Rumah (SR) dari PGN (Perusahaan Gas Negara).
"Tercium bau gas mirip elpiji sepertinya pipa gas bocor lantaran di sini ada yang suplai gas di rumah warga," terangnya.
Komandan Regu Damkar Kota Mojokerto, Suyitno menuturkan kobaran api tidak sampai merembet ke permukiman penduduk yang berada di sekitarnya. Petugas Damkar berupaya memadamkan api dan dipastikan sekitar pukul 17.10 WIB.
"Tidak bisa dipadamkan pakai air biasa karena justru semakin membesar sehingga perlu cairan khusus untuk memadamkan api yang berasal dari bahan bakar minyak yaitu foam (Busa) sekitar 10 liter," terangnya.
Petugas Damkar masih berada di lokasi kejadian untuk memastikan kobaran api benar-benar sudah padam sembari menunggu pihak PGN untuk memastikan penyebab munculnya api berasal dari kebocoran pipa atau tidak.
"Sudah padam tapi berpotensi muncul kobaran api jika terjadi percikan sehingga kami standby menunggu petugas PGN," jelasnya.
Untuk diketahui, Kota Mojokerto adalah satu dari sembilan wilayah yang dijadikan lokasi pembangunan jaringan gas bumi (jargas) untuk rumah tangga oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
Sedangkan, pemasangan Jargas mulai dilakukan pada 2003. Setidaknya, ada 753 SR yang dipasang oleh PGN (Perusahaan Gas Negara).
Jumlah pemasangan Jargas sebanyak 5.000 pada 2017. Apalagi, Pemkot Mojokerto mempunyai target sebanyak 15.542 sambungan rumah (SR) pada tahun 2021.
Penulis: Mohammad Romadoni
Editor: Heftys Suud