Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Produsen Tahu-Tempe di Sidoarjo Mogok Produksi, Imbas Baiknya Harga Baku

Tidak semua, tapi sebagian besar memilih ikut mogok setelah mendapat imbauan dari Gakoptindo (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia)

Penulis: M Taufik | Editor: Januar
TRIBUNJATIM.COM/SYLVIANITA WIDYAWATI
Ilustrasi kedelai bahan baku tahu tempe 

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Sejumlah produsen tahu dan tempe di Sidoarjo juga mogok produksi. 

Tidak semua, tapi sebagian besar memilih ikut mogok setelah mendapat imbauan dari Gakoptindo (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia).

Menurut Sukari, Ketua Primer Koperasi Karya Mulya di Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo, arahan mogok produksi dari Gakoptindo tersebut bersifat wajib khusus di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan di Jawa Timur sifatnya hanya imbauan. 

Baca juga: Motor Honda Scoopy Baru Dua Bulan Hangus Terbakar di Gresik

"Meski sifatnya imbauan, sekira 75 persen produsesn tahu yang tergabung di Koperasi ini sepakat ikut mogok. Sejak tanggal 1 sampai 3 Januari," kata Sukari, Minggu (3/1/2021).

Aksi mogok produksi itu tujuannya agar harga tempe dan tahu di pasaran bisa terdongkrak naik sehingga produsen tidak merugi akibat bahan baku yang semakin melambung tinggi harganya.

Meski ada aksi mogok produksi selama tiga hari harga kedelai di pasaran masih tinggi. Di kisaran Rp 9.200 per kilo. Padahal, pada Meret lalu harganya di kisaran Rp 7.000 perkilogram.

Menurut Sukari, kenaikan harga bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu ini dikarenakan perdagangan kedelai dikendalikan swasta. Saat ini, pasokan kedelai di Indonesia mengandalkan impor lantaran produksi kedelai dalam negeri tidak mencukupi.

"Dalam setahun, kebutuhan kedelai mencapai 3 juta ton. Sedangkan produksi kedelai di dalam negeri hanya 400-500 ton setiap tahun. Mayoritas masih impor," ungkapnya.

Sukari dan produsen tahu dan tempe berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengendalikan harga kedelai. Sebab harga tempe tahu di pasaran sulit sekali dinaikkan.

Ketika bahan baku melambung tinggi, harga jual tempe dan tahu di pasaran tetap. Sehingga produsen yang harus mengalami kerugian.

Disebut Sukari, ada dua hal yang membuat harga tempe dan tahu di pasaran sulit naik. Yang pertama, antar produsen tempe tahu belum ada kekompakan untuk menentukan harga jualnya. 

Kedua, disebutnya produsen dan pembeli itu sudah seperti saudara. "Sehingga ada rasa sungkan dan tidak enak hati bila menaikkan harga," ujarnya. 

Padahal ketika harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu melambung tinggi sedangkan harga jual tetap, tentu produsen merugi.

Dengan mogok produksi, para produsen berharap agar pemerintah bisa memperhatikan nasib mereka. Serta memberikan solusi. "Melalui aksi mogok ini, kami juga berharap pemerintah bisa lebih peduli dengan industri tempe dan tahu," lanjutnya.

Selama terjadi aksi mogok produksi, tahu dan tempe sulit ditemukan di pasaran. Warga pun banyak penasaran. Di warung-warung, kios, mlijo, dan sebagainya jarang yang jual tahu dan tempe.

"Kalau ada yang jualan, harganya mahal. Tempe yang biasanya Rp 2.000 sekarang jadi Rp 5.000," kata Rosita, warga Waru, Sidoarjo.

Hal serupa disampaikan warga Gedangan, Buruan, Tulangan, Sukodono, dan beberapa daerah lain. Semua mengaku kesulitan mendapat tahu dan tempe tiga hari terakhir.(ufi)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved