Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Meski Harga Naik, Stok Kedelai di Kota Malang Dipastikan Aman Sampai Lebaran 2021

Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang memastikan stok kedelai di kota Malang aman hingga sampai Lebaran 2021 nanti.

Penulis: Rifki Edgar | Editor: Pipin Tri Anjani
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Diskopindag Kota Malang saat meninjau harga kedelai di sejumlah pasar tradisional di Kota Malang dan di sentra industri tempe sanan, Senin (4/1). 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang memastikan stok kedelai di kota Malang aman hingga sampai Lebaran 2021 nanti.

Kepastian tersebut sampaikan oleh Luh Eka, Kasi Pengendalian dan Pengawasan Diskopindag Kota Malang saat meninjau langsung ketersediaan stok kedelai yang berada di koperasi sentra industri tempe Sanan Kota Malang, Senin (4/1).

Peninjauan tersebut dilakukan, setelah harga kedelai impor yang berada di pasaran melonjak drastis dari sebelumnya seharga Rp 7.000 per kilogramnya kini menjadi rp9.000 per kilogramnya.

"Saya tadi sudah meninjau ke koperasi yang ada di Sanan, katanya dengan adanya lonjakan harga tersebut tidak ada masalah. karena pengrajin maupun konsumen sudah terbiasa dengan kenaikan tersebut," ucapnya.

Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Perajin Tempe di Kota Blitar Kurangi Ukuran Produksi Agar Tidak Rugi

Baca juga: Sepanjang Desember 2020, Jatim Inflasi 0,46 Persen, Tiket Pesawat dan Cabai Jadi Biang Kerok

Dari hasil pertemuan dengan pihak koperasi memperkirakan bahwa sekitar Maret 2021 harga kedelai akan turun.

Luh mengatakan bahwa produksi yang berada di sentra industri tempe Sanan terus berjalan, meski ada lonjakan harga kedelai impor.

"Produksi jalan terus ga masalah. stok aman smpai idul fitri tahun ini," ucapnya.

Diskopindag juga melakukan survei ke sejumlah pasar di Kota Malang, di antaranya di Pasar Tawangmangu dan Pasar Bunul.

Dalam survei tersebut Diskopindag tidak menemui lonjakan harga tempe yang dijual oleh pedagang.

"Harga tetap sama. Rp 2.000 per potongnya. Di sana harga ecerannya karena retail beli hanya 5 kilogram jualnya kisaran Rp 10-12 rb per kilogram kedelainya. Lebih mahal di pasar krena kala beli di koperasi harus 50 kilogram," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kota Malang, Chamdani mengatakan, gejolak kenaikan harga memang sudah biasa terjadi tiap tahun. 

Baca juga: Pantau Seluruh Pasar, Diskopindag Belum Temukan Adanya Cabai Dicat di Kota Malang

Hal itu dirasa tidak lepas dari strategi pasar bebas global yang mengarahkan distribusi ke daerah-daerah tertentu, sehingga mengakibatkan kenaikan harga di daerah lain. 

"Berdasarkan pengalaman yang ada, pada akhir Februari atau awal Maret biasanya terindikasi kebutuhan kedelai di negara kita akan tercukupi kembali," ucapnya.

Meski demikian, dalam mengakali lonjakan harga kedelai impor tersebut, beberapa produsen tempe mengakalinya dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual dengan harga yang sama.

Menurutnya, produsen atau perajin tempe sudah biasa menerapkan strategi untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok atau kedelai

"Kalau kita menaikkan harga eceran itu sangat riskan tapi kebanyakan pengrajin khususnya saya memperkecil ukuran sekitar 15 hingga 20 persen. Walaupun kasaran harga tidak naik tapi ukuran tempe berkurang. Secara otomatis kenaikan harga keripik tempe ya sekitar itu," tandasnya. 

Penulis: Rifky Edgar

Editor: Pipin Tri Anjani

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved