Meninggal di Taksi Online, Pria Ditolak 10 RS Covid-19, Bukti Pandemi Makin Parah, Ada yang Ditutupi
Peristiwa meninggalnya seorang pria sesak napas gejala Covid-19 di taksi online baru terungkap, padahal peristiwa sudah terjadi beberapa bulan lalu.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
Faktanya, insiden ini sudah terjadi kurang lebih beberapa hari setelah selesai.
Tetapi, akhirnya baru benar-benar dilaporkan setelah kejadian.
Insiden itu menimpa seorang ayah yang kesulitan mencari rumah sakit rujukan Covid-19 saat dirinya mengalami sesak nafas dan sejumlah gejala lain yang mirip Covid-19.
Dalam laporan yang disampaikan tim LaporCovid-19, identitas pasien ditutupi termasuk kronologi tak gamblang.
"Maaf kami tidak bisa membuka identitas pelapor," ujar sumber Kompas.com itu.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Termin Kedua untuk Jatim Dikirim Februari, Satgas: Jumlahnya Sekitar 122.120 Dosis
Situasi ini memang mencerminkan situasi gawat yang sedang terjadi saat ini di banyak wilayah akibat lonjakan kasus Covid-19 pascalibur panjang, termasuk di Depok.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita belum dapat mengonfirmasi kabar ini.
Ia mengatakan pihaknya tengah mencari identitas warga tersebut.
"Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain, tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” jelas Novarita dikutip Tribun Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
“Saya mau tahu motivasinya apa, kalau untuk perbaikan kan kita harus tahu datanya agar jelas, apakah tidak ada perhatian atau dia pergi ke rumah sakit inisiatif nggak sabar nunggu."
"Karena kan memang sekarang ini di IGD ramai banget, akhirnya dia nyari-nyari mungkin sampai 10 rumah sakit,” ucapnya.

Alarm sudah berbunyi sejak November
Alarm soal ancaman kolapsnya fasilitas kesehatan di Depok sudah berbunyi sejak akhir November, kurang lebih 2 pekan usai awal lonjakan pasien Covid-19 di Depok terjadi pada 11 November 2020.
Dua rumah sakit besar milik pemerintah, yaitu RSUD Kota Depok dan RS Universitas Indonesia (RS UI) menyampaikan bahwa okupansi ruang isolasi Covid-19 mereka mulai menyentuh 80 persen.
Dari peringatan itu, ketersediaan ICU bagi pasien bergejala berat jadi hal yang paling mengkhawatirkan karena jumlahnya memang sedikit, sehingga tak dapat menerima seluruh pasien Covid-19 yang dirujuk kepada 2 rumah sakit itu.