Kekurangan Sinar Matahari Bisa Sebabkan Depresi, Mitos atau Fakta? Begini Kata Tim Dokter Lifepack
Tim dokter Lifepack dr Irma Lidia beber kekurangan sinar matahari bisa menyebabkan depresi. Begini penjelasan lengkapnya.
Hal ini karena vitamin D berbeda dengan vitamin lainnya yang bisa diperoleh dari makanan.
Vitamin D dapat disintesis di dalam kulit melalui reaksi fotosintesis yang dipicu paparan radiasi UVB. Efisiensi produksi vitamin D bergantung pada jumlah foton UVB yang menembus kulit.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mead, Nathaniel pada tahun 2008, bagi kebanyakan orang kulit putih, 30 menit berada di bawah sinar matahari musim panas dengan pakaan renang dapat melepaskan 50.000 IU (1,25 mg) vitamin D ke dalam sirkulasi darah dalam waktu 24 jam pasca terpapar sinar matahari.
Sedangkan pada orang dengan kulit coklat menghasilkan 20.000-30.000 IU dan 8.000-10.000 IU pada orang berkulit gelap.
Siapa yang sangka, kekurangan sinar matahari ternyata bisa menyebabkan depresi.
Apa sih alasannya?

Mungkin Anda pernah mendengar istilah Seasonal Affective Disorder (SAD)? Ya, penyakit yang satu ini memang jarang kita dengar di wilayah-wilayah tropis seperti negara kita.
Hal ini karena matahari ada setiap hari. Berbeda dengan negara-negara yang memiliki 4 musim berbeda setiap tahunnya.
Mereka tidak setiap hari dapat menikmati sinar matahari sehangat wilayah tropis. dr Irma Lidia dari Tim Dokter Lifepack juga menambahkan dalam sebuah penelitian kelompok kecil, sejumlah wanita yang mengalami depresi ketika diperiksa kadar vitamin D dalam darahnya ditemukan rendah.
Kemudian diberi suplementasi vitamin D hingga kadar dalam darahnya normal yang ternyata juga mengalami perbaikan pada gejala depresi yang dialami. Vitamin D meningkatkan serotonin di otak. Serotonin yang rendah bisa menyebabkan depresi.
Seasonal Affective Disorder (SAD) merupakan tipe depresi yang datang dan pergi sesuai dengan musim.
Biasanya penyakit ini dimulai pada akhir musim gugur dan awal musim dingin dan pergi saat musim semi dan musim panas.
Biasanya SAD lebih sering terjadi pada wanita, anak-anak muda, dan orang yang hidup jauh dari garis equator. Seseorang juga lebih berisiko mengalami SAD jika keluarganya memiliki riwayat depresi.
Penyebab pasti SAD sampai saat ini belum diketahui. Namun banyak peneliti telah menemukan bahwa penderita SAD memiliki ketidakseinbangan hormon serotonin, yakni hormon yang memengaruhi suasana hati.
Selain itu tubuh penderita SAD juga memproduksi terlalu banyak hormon melatonin yang berfungsi untuk mengatur tidur, dan kekurangan vitamin D (Baca juga 7 Cara Terbaik Mendapatkan Vitamin D).