Penanganan Covid
Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Ganesha Operation Tulungagung Mengaku Terapkan Prokes Sangat Ketat
Gelar pembelajaran tatap muka, Ganesha Operation Tulungagung mengaku terapkan prokes sangat ketat, mulai wajib cuci tangan hingga cek suhu tubuh.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Reporter: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Pembelajaran tatap muka yang dilakukan Ganesha Operation (GO) Tulungagung dihentikan Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Tulungagung, Jumat (22/1/2021).
Kebijakan ini mengacu pada penghentian pembelajaran tatap muka di sekolah formal.
Penghentian pembelajaran tatap muka ini dimulai Jumat (22/1/2021) sore, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Namun manajemen GO Tulungagung keberatan dengan kebijakan ini karena dianggap merugikan.
Menurut Kepala Cabang GO Tulungagung, Sri Setyowati, pihaknya sudah menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
“Satu kelas hanya berisi 5-6 siswa. Jaraknya berjauhan, guru tidak boleh membagikan apapun ke siswa, bulpoin tidak boleh pinjam, ponsel tidak boleh saling tukar,” ujar Sri.
Baca juga: Satgas Hentikan Pembelajaran Tatap Muka di Ganesha Operation Tulungagung Selama Pandemi Covid-19
Baca juga: Pemkab Ponorogo Usulkan Nomor Induk Pegawai Para Calon P3K Segera Turun
Protokol standar juga diawasi dengan ketat saat siswa datang ke GO, seperti wajib cuci tangan, pakai hand sanitizer, dan cek suhu tubuh.
Setiap siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka juga mendapat izin tertulis dari orang tua masing-masing.
Pembelajaran juga dilakukan tanpa istirahat dari pukul 13.00-16.00 WIB, untuk meminimalisir kontak antarsiswa.
“Kami juga tidak pernah jadi klaster. Kami juga tidak pernah menimbulkan kerumunan seperti bank,” ucap Sri.
Baca juga: Komisi C Tinjau Aset Pemkab Tulungagung yang Berpotensi Lepas, Pertokoan Belga Hingga TK Batik
Baca juga: Jumlah Penduduk Kota Blitar Bertambah 17.181 Jiwa Dalam 10 Tahun, Didominasi Generasi Z dan Milenial
Menurutnya, pembelajaran tatap muka dilaksanakan untuk menjawab tantangan orang tua yang kesulitan mengajari anaknya di rumah.
Sebab dalam pembejalaran daring, yang dialami para siswa, mereka hanya mendapatkan materi dalam format PDF dan diberi soal.
Pada akhirnya mereka mengalami kejenuhan, bahkan menjadi sumber konflik orang tua dan siswa.
“Karena tidak banyak anak yang langsung paham hanya dengan membaca. Kalau baca anak paham, sekolah kan tidak perlu ada,” terang Sri.