9 Rumah Warga Terancam Tebing Longsor di Dlanggu Mojokerto, 'Ketar-ketir Saat Turun Hujan Deras'
Sembilan rumah penduduk terancam bencana tanah longsor di Dusun Ketangi, Desa Ngembeh, Kecamatan Dlanggu. Ketar-ketir saat hujan deras.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Hefty Suud
Reporter: Mohammad Romadoni | Editor: Heftys Suud
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Sembilan rumah penduduk terancam bencana tanah longsor di Dusun Ketangi, Desa Ngembeh, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Pasalnya, rumah warga tersebut kini berjarak satu meter dari tepi tebing sungai setinggi kurang lebih sekitar 30 meter yang kondisinya kini rawan longsor.
Sebelumnya, tebing sungai di Desa Ngembeh ini longsor pada Sabtu (06/02/2021) sekitar pukul 18.00 WIB kemarin.
• Ramalan Cinta Zodiak Rabu 10 Februari 2021: Pisces Jatuh Cinta, Ikatan Cinta Scorpio Sulit Diguncang
• Perahu Nelayan Tuban Diungsikan ke Terminal Baru di Kecamatan Jenu, Hindari Risiko Gelombang Besar
Suwandi warga setempat mengatakan, dia mendengar suara gemuruh dan tanah bergetar menyerupai gempa ketika terjadi tebing longsor.
Akibatnya, tembok rumah milik warga rusak dan retak.
"Ada beberapa titik longsor di pinggir sungai ada yang lokasinya dekat permukiman penduduk sehingga mengancam keselamatan warga setempat," ungkapnya, Selasa (9/2/2021).
Menurut dia, penyebab longsor diduga karena tebing setinggi 30 meter hingga 40 meter itu terkena erosi air sungai.
Hal itu semakin diperparah saat hujan mengguyur yang mengakibatkan permukaan tanah dan bebatuan pada dinding menjadi labil sehingga mudah longsor.
• Petani Asal Desa Kepung Ditemukan Tewas Tergeletak di Kebun Tebu, Diduga Akibat Sakit Jantung
• Ramalan Zodiak Besok Rabu, 10 Februari 2021: Libra Perubahan Besar, Leo Tergesa-gesa Ambil Keputusan
"Ada rumah warga yang ditinggal penghuninya karena khawatir terjadi longsor," terangnya.
Winarto warga Dusun Ketangi, Desa Ngembeh menjelaskan beberapa rumah warga terancam bencana tebing longsor.
Apalagi, tebing yang berada di belakang rumahnya itu sudah berulang kali longsor.
Dia bersama keluarga selalu ketar-ketir saat turun hujan deras di kampungnya.
Adapun delapan rumah warga yang terancam bencana longsor yaitu rumah milik Sumarno, Winarto, Sainah, Kasian, Sumantri, Sumito dan Mat Slimin.