Warga Binaan Lapas Perempuan Malang Rilis 'Titik Nadir Penantian', Dinilai: Karya Sastra Luar Biasa
Warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Malang meluncurkan buku antologi Titik Nadir Penantian. Diapresiasi 'mengandung nilai moral tinggi'.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Hefty Suud
Reporter: Sylvianita Widyawati | Editor: Heftys Suud
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Malang meluncurkan buku antalogi berjudul Titik Nadir Penantian yang telah rilis pada 14 Januari 2021 lalu. Buku itu terdiri dari 32 cerita pendek (cerpen).
Kemudian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan webinar untuk membedah buku tersebut pekan lalu lewat Zoom dan YouTube Perpustakaan UMM.
Kegiatan itu mengundang Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Mariyah, SSos MHum serta pendiri Ruang Baca Komunitas Sofian Munawar MA dan jurnalis Kurniawan Muhammad sebagai pembedah buku.
• Kronologi Aksi Mamat, Penipu Bermodus Tukar Uang Receh, Ngaku-ngaku Pegawai SPBU di Surabaya
• BREAKING NEWS: Naik Perahu Penyeberangan, Pemuda Blitar Terjun ke Sungai Brantas, Diduga Bunuh Diri
Mariyah sangat mengapresiasi buku antalogi ini.
Ia mengatakan buku Titik Nadir Penantian sangat menarik dari segi penyampaian cerita dan bahasa yang puitik.
Cerpen mereka mengandung nilai moral dan edukasi yang sangat tinggi.
“Jujur saya jarang membaca cerpen. Namun ketika membaca buku ini, saya seperti tersentak dan tidak percaya bahwa para napi binaan mampu menulis karya sastra yang luar biasa dibalik jeruji yang membatasi ruang geraknya,” kata Mariyah dalam siaran pers UMM, Jumat (12/2/2021).
• Kronologi Aksi Mamat, Penipu Bermodus Tukar Uang Receh, Ngaku-ngaku Pegawai SPBU di Surabaya
• Putri Anne Ngegas Baca Ramalan Arya Saloka Cinlok dengan Amanda, Suami Ditandai: Tak Ada Manfaat
Yusri Fajar SS MA, salah satu narasumber menceritakan pengalamannya pertama kali menjadi pemateri untuk para warga binaan lapas.
Ia mengaku bahwa pengalaman ini adalah sesuatu hal yang menantang dan menarik.
"Pertama kali saya mendapatkan kesempatan menjadi pemateri pelatihan di lapas, saya sangat penasaran dan tertarik," papar dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini.
Hal ini karena ia belum pernah masuk ke lapas. Namun ia sudah merasa bahwa mereka yang ada di lapas mampu melahirkan karya-karya bagus.
Sedang Kepala Lapas Perempuan kelas IIA Malang, Tri Anna Aryati, BcIP SH MSi menyampaikan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada para warga binaan di Lapas Kelas IIA Malang.
“Kami berharap dengan hadirnya buku ini dapat memotivasi dan meningkatkan semangat literasi. Tak hanya untuk para napi tetapi juga untuk masyarakat luas,” urainya.