Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ngaji Gus Baha

Gus Baha Bercita-cita Setiap Masjid Ada Warkop, Ini Alasannya

Gus Baha adalah santri kesayangan KH. Maimun Zuber atau Mbah Moen itu, lama-lama, ia mempunyai inisiatif atau ide agar seluruh masjid didirikan cafe

Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
yoni Iskandar/Tribunjatim
Gus Baha' dengan Gus Firjaun (waki Bupati jember terpilih), serta didampingi Penulis ketika mengisi acara Haul KH Achmad Shiidiq di Jember 

Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Selama ini kebanyakan dari kita seringnongkrong di warung kopo saat akan sedang, atau setelah bekerja. Tidak sedikit juga orang hobi Ngopi hanya sebagai teman bersantai, nongkrong, bahan status/story medsos, dan lain sebagainya.

Apakah kita pernah berfikir secara jernih atau secara secara sengaja, kebiasaaan ngopi tersebut kita lakaksanakan atau kita lakukan saat akan beribadah .

Sebelum ngopi kita nongkrong dulu smabil nunggu azan maghrib atau azan subuh lalu kita sholat malam, berdzikir, dengan niat agar tidak malas, mengantuk, fokus, dan konsentrasi? karena ada kopi di depan kita sebagai teman utnuk ibadah.

bagai kalangan santri terutama di kawasan pedesaan mungkin tidak asing dengan budaya ngopi. Sebab, mereka kerap ngopi sambil membicarakan soal agama, soal bola atau soal kegelisahaan ekonomi Indonesia. Bahkan persoalan poitik dibawah ke warung kopi atau warkop.

Bagi umat Islam yang rajin Jum’atan, tentu paham banget fenomena “ngantuk” ketika khutbah Jum’at sedang berlangsung. Bisa dibayangkan, kira-kira berapa persen jamaah di masjid yang stand by dalam kondisi melek dan konsen menyimak khatib. Belum lagi kalau durasi khutbahnya seperti durasi ayat yang panjang.

Sambut Imlek, Ingat Jasa Gus Dur, Gus Dur Ngaji Ditinggal Naik Selinder ke Mojoagung

Kisah Gus Baha yang Pernah Kalah Debat dengan Santri: Baru Kali Ini Saya Kalah

Khusus Balita, Naik Kereta Api Tidak Wajib Menunjukkan Hasil Rapid Test Antigen atau RT-PCR

Nah, beberapa gejala-gejala itulah yang membuat KH Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha mempunyai inisiatif dengan memadukan budaya ngopi dan beribadah.

Berikut ini petikan ceramah Gus Baha dalam suatu majelis pengajian:

Gus Baha adalah santri kesayangan KH. Maimun Zuber atau Mbah Moen itu, lama-lama, ia mempunyai inisiatif atau ide agar seluruh masjid didirikan cafe atau warkop (warung kopi).

"Saya jadi punya cita-cita, semua masjid saya suruh kasih cafe. Jadi, kalau orang mau shalat Jumat atau mau beribadah itu merasa happy karena bisa ngopi-ngopi dulu," kata KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha yang lahir di Sarang 15 Maret 1970 di Rembang Jawa Tengah itu.

Kalau jamaah yang VIP imbuh Gus Baha, misal kiainya ngopi 'nescafe', lalu jamaah yang lain seperti Ruhin, kopi yang murah-murah saja, lalu ngopi di belakang.

"Meski begitu, tapi ‘kan orang jadi happy," kata Gus Baha yang dikenal sebagai kiai yang nyentrik dan punya ciri khas dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama.

Kejernihan dan kedalamannya dalam memahami agama menjadikan Gus Baha mampu menyederhanakan persoalan agama yang rumit dengan logika-logika sederhana, yang tentu saja mudah dipahami masyarakat tanpa mengurangi inti ajaran agama tersebut.

"Kan nggak fair. Orang sekarang mau ngantor kan parlente, berdandan. Karena mikir berat, terus mereka ngopi dulu supaya bisa fokus. Tapi, kalau mau Jumatan kok dikit-dikit ngantuk, menguap," papar Gus Baha.

Menurut Gus Baha, setiap muslim yang akan menjalan ibadah atau menghadap ke Allah SWT harus fokus.

"Ngopi dulu. Jadi orang sepulang Jumatan menjadi happy karena ngopi-ngopi dulu sehingga bisa fokus. Jika begini ‘kan malaikat senang sekali, di masjid tidak ada yang menguap karena mengantuk," tandasnya.

"Saya pernah bilang kepada orang yang punya warung kopi. Besok kalau punya uang, bikin warkop (warung kopi) di pinggir masjid”.

“Kok nggak umum, Gus?” tanya pemilik warkop.

“Nggak apa-apa, saya yang tanggung jawab.”

“Silahkan ngopi dulu sebelum Anda mengantuk ketika Jumatan.”

“Kalau ngopinya hutang gimana?” tanya lagi.

“Ya ngopinya ‘kan demi Jumatan, malah bagus daripada hutang bukan demi Jumatan. Jadi, agar (masjid) rame sebelum Jumatan.”

Ya itulah cara rGus Baha. Ia mempunyai kalimat khas dan mudah dipahami orang awam. Santri Ponpes Al Anwar saranf yang satu ini sering kali menggoncang cara berpikir mainstrem masyarakat dalam memahami agama.

Setiap kali membahas persoalan agama, utamanya hukum-hukum dalam peribadatan dan muamalat, tidak hanya menyodorkan barang jadi tapi juga proses dan logika terjadinya sebuah hukum.

Hal ini lantaran Gus Baha mempunyai keilmuan yang komplit, mulai dari ilmu Alquran, Hadis, nahwu, shorf, balaghoh, mantiq dan khazanah bacaan kitab kuning yang amat luas.

Ibarat pertanian, Gus Baha mengajarkan jama’ah untuk memahami bagaimana cara menanam padi hingga memasakknya menjadi nasi yang siap santap.

Setahu penulis, Gus Baha sangat menyukai kopi. Bahkan penulis mempunyai pengalaman menyuguhkan kopi kesukaan Gus Baha.

"Kopi hitam yang kental,".  Itulah kopi kesukaan Gus Baha ketika jagongan atau ngobrol bareng.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved