Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

PNS di Kota Blitar Sukses Ternak Burung Puter Trah Juara, Omzet Puluhan Juta Per Bulan

Berawal dari hobi, Dimas Nugroho (35), sukses berternak burung anggungan jenis puter pelung trah juara.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Samsul Hadi
PNS di Blitar yang sukses beternak burung 

Reporter: Samsul Hadi | Editor: Januar AS

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Berawal dari hobi, Dimas Nugroho (35), sukses berternak burung anggungan jenis puter pelung trah juara. 

Pegawai negeri sipil (PNS) di Bagian Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kota Blitar ini menghasilan omzet puluhan juta tiap bulan dari menangkar burung klangenan itu. 

"Sejak dulu saya hobi ternak, khususnya burung. Saya pernah ternak burung ocehan, tapi gagal. Sekarang beralih ke burung anggungan," kata Dimas ditemui di rumahnya, Jl Barito, Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jumat (19/2/2021) sore. 

Baca juga: Pandemi Covid-19, Perizinan Pendirian UMKM di Ponorogo Justru Naik

Saat itu, bapak satu anak ini baru pulang dari kantor. Pria berperawakan kecil dan berkulit sawo matang itu langsung menuju ke kandang ternaknya di belakang rumah. 

Pemilik Gada Bird Farm itu mengecek pakan dan minum burung puter pelung di kandang ternaknya. Dia mengisi kembali pakan dan minum burung yang habis di kandang ternak. 

"Ini menjadi kegiatan rutin. Kalau pagi, sebelum berangkat ke kantor, burung saya jemur," ujarnya. 

Sekadar diketahui, burung puter pelung
 memiliki nama lain streptopelia risoria atau ringneck dove. 

Burung puter satu keluarga dengan burung dara dan merpati.

Menurut para ahli, burung puter merupakan hasil domestikasi burung African Collared Dove atau streptopelia roseogrisea. 

Burung puter memiliki warna putih mulus dan coklat dengan leher warna hitam. 

Meski bukan endemik Indonesia, burung puter menjadi burung khas di Nusantara terutama di Jawa. 

Burung puter sudah dipelihara orang tua zaman dulu di Nusantara. 

Puter pelung juga hasil persilangan dan menghasilkan mutasi suara anggunan yang khas. 

Puter pelung memiliki suara anggungan panjang di bagian tengah yang membedakan dengan puter biasa. 

"Puter pelung ini khas Indonesia. Kalau di luar burung puter mengalami mutasi warna, di sini (Indonesia) mengalami mutasi suara," ujar Dimas. 

Dimas mulai menangkar burung puter pelung pada 2016. Awalnya, dia membeli satu pasang dan satu ekor burung puter. 

Dimas tertarik dengan suara anggungan burung puter pelung. Selain itu, perawatan burung anggungan lebih mudah dibandingkan burung ocehan. 

"Sebelumnya, saya berternak burung ocehan seperti kenari, lovebird, dan kacer. Karena kesibukan kantor, perawatannya kurang maksimal akhirnya banyak ruginya," katanya. 

Menurutnya, perawatan burung puter lebih mudah dibandingkan burung ocehan. Untuk makan dan minum, dia biasa menggantinya tiap tiga hari sekali. 

Makanan burung puter pelung juga hanya biji-bijian. Makanan utamanya milet putih kadang dicampur beras merah. 

Ukuran kandang ternak burung puter pelung juga tidak banyak memakan tempat. Dengan ukuran kandang 40 cm x 60 cm, burung puter pelung sudah bisa produksi lancar.

"Pakai kandang boks lovebird juga sudah bisa untuk ternak burung puter pelung," katanya. 

Sekarang, Dimas memiliki 45 petak kandang burung puter pelung. Semua indukan burung puter pelung Dimas berasal dari trah juara. 

Dia membeli indukan burung puter trah juara dari kandang utama beberapa peternak di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat. 

"Saya memang fokus mencetak burung puter untuk lomba. Untuk itu, saya membeli indukan yang memiliki trah juara," ujarnya. 

Produksi peternakan Dimas memang sering mendapat prestasi di perlombaan burung puter. 

Hampir 85 persen indukan burung puter di kandang ternak milik Dimas sudah berprestasi di beberapa even latihan bersama, latihan prestasi, liga, dan nasional. 

Terakhir, burung puter milik Dimas mendapat salah satu prestasi terbaik dalam lomba burung puter Liga Jawa Timur pada 2019.

Dalam sebulan, peternakan milik Dimas minimal menghasilkan lima sampai 10 pasang burung puter. 

Biasanya, anakan burung puter langsung dibeli pelanggan. Harga jualnya, paling murah Rp 1 juta untuk satu pasang anak burung puter usia satu bulan. 

Bahkan, satu ekor burung puter milik Dimas yang memiliki trah juara ditawar Rp 15 juta oleh pelanggan. 

Tetapi, Dimas belum melepasnya karena masih sayang terhadap burung puter itu. 

"Kalau omzet sebulan minimal Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Pernah juga dapat Rp 20 juta sebulan," ujarnya. 

Bagi Dimas, beternak burung puter merupakan hobi yang membawa rezeki. 

Rezeki yang dimaksud bukan hanya uang, tapi juga saudara. 

Dengan berternak burung puter, sekarang Dimas memiliki banyak saudara sesama penghobi burung puter.

"Kalau keluar kota, di mana-mana ada saudara sesama penghobi burung puter," katanya. 

Dimas juga tidak mengabaikan pekerjaan utamanya sebagai PNS di lingkungan Pemkot Blitar meski sukses berternak burung puter. 

Dia memiliki prinsip melakukan yang terbaik di semua pekerjaannya. 

"Prinsip saya do the best, lakukan yang terbaik untuk pekerjaan di kantor dan di rumah," katanya. (sha)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved