Ngaji Gus Baha
Gus Baha Berdakwah Itu Mendirikan Masjid di Pelosok, Lelang Baju, Sarung dan Kopyah di Korea
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH. Nursali
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
"Musibah lagi, warga NU membaca tulisan Gus Ulil, Nusron bahkan Abu Janda tapi tidak tahu naskahnya Mbah Hasyim Asy’ari. Saya hanya ingin, tradisi ilmiah di NU itu kembali. Kiai tidak boleh diatur orang kaya. Jika tidak, NU bisa habis (orang alimnya). Saya di NU ditugasi ini, bukan yang lain. Maka, saat saya di Lirboyo, saya bilang ke Gus Kafabi, saya lebih senang disambut empat santri yang benar-benar niat ngaji, daripada banyak santri yang niatnya tidak jelas," papar Gus Baha
Kemudian, setiap kali saya ke Lirboyo, anak, mantu, cucu dikumpulkan dulu ngaji sama saya. Jika, kita 5 tahun saja memulai. NU akan hebat.
"Jika bukan anak kita yang jadi alim, cucu kita akan jadi ulama. Itulah NU.NU itu harusnya melahirkan kiai allamah, bukan kiai mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah. Padahal di zaman kakek saya, bahasa Arab itu seperti bahasa Jawa. Saya punya tulisannya Mbah Hasyim Asy’ari yang surat-suratan dengan kakek saya dengan bahasa Arab. Keilmuan, kealiman ini jangan habis. Dulu para pendiri, kakek kita, allamah, punya naskah. Jika kita terus begini, bisa habis," pesan Gus Baha.
Bantu WNI di Korea Selatan Dirikan Masjid
Dalam acara ngaji ini panitia meminta kepada Gus Baha untuk melelang baju, sarung dan peci khas Gus Baha. Ngaji Gus Baha di Korsel ini juga di dukung oleh Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCI NU) Korsel.
Uang hasil lelang ini akan digunakan untuk membangun masjid permanen di Korsel, mengingat para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Korsel tempat ibadahnya masih menyewa. Baju, sarung dan peci khas Gus Baha ini bukan dilihat dari harganya berapa, tetapi dilihat nilai historis dan hikmah dari dakwah Gus Baha, maka disinilah terlihat daya tarik buat pelelang.
Apalagi dikalangan Santri yang ngefans Gus Baha.
Menuru Gus Baha, status sebagai hamba yaitu dimana-mana hamba itu manut, patuh, loyal, loyal. Kita dibuktikan dengan melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Seperti diperantauan jauh dari istri, mati-matian tidak zina, itu berarti loyal kepada Allah.
Islam masuk Indonesia pertama kali memang karena lillah tapi tetap ada unsur dunianya.
"Dari pedagang Gujarat yang ingin berdagang, tetapi naluri Islamnya tetap ada, maka bikin masjid, berdakwah. Seperti sampean-sampeyan datang ke Korea ini kan niatnya cari uang. Tetapi hati sampean muslim, maka sampean pengen tetap menyembah Allah, pengen berkontribusi pada agama yang diridhoi Allah. Maka kalian membikin masjid di Korea ini. Memang Allah menyebarkan Islam dengan cara unik. Dulu di Prancis banyak sekali orang yang anti dengan Islam. Tapi semenjak Prancis juara Piala Dunia yang dimotori Zinadin Zidane, phobia Islam semakin berkurang," jelasnya.
Kata Gus Baha, wong Kedonyan Iku Kadang Penting (orang memburu harta itu penting).
Wong kedonyan iku kadang penting, orang uang seneng dunia itu kadang penting, tapi hatinya harus tetap bawa Islam. Industri bola itu menarik, karena menarik banyak investor Timur Tengah menginveatasikan hartanya di klub bola Eropa, seperti Manchester City, PSG dll.
Akhirnya apa, sekarang di klub-klub Eropa itu ada muadzinya, ada tempat sholatnya. Dulu pemain muslim dikuya-kuya, sekarang pemain muslim dihormati karena pemilik klubnya seorang muslim. Di Korea ini waktu ramadhan, kalian berpuasa kan disarankan bosnya untuk tidak puasa. Tapi nanti suatu saat semoga apabila kalian yang menjadi boss aturan bisa dibalik, hendaknya tetap berpuasa.
Dulu di Inggris, orang muslim merasa kelas kedua. Tapi gara-gara banyak pengusaha muslim yang tajir seperti Dodi Alfayed maka mereka diakui karena juga berjasa menggerakan ekonomi di Inggris.