Gus Baha Membedah Tentang Isra Miraj
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Sal
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Artinya: (Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kalian (tidak) mengatakan,
"Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” (QS Al-An’am: 156) Atas keraguan orang Arab, mereka mencoba menelisik lebih dalam kepada Nabi Muhammad, “Hai Muhammad, nabi-nabi itu semua dari Palestina. Kalau kamu memang benar-benar Nabi, apakah kamu tahu ke arah mana masjid itu menghadap, berapa jumlah tiangnya?
” Dengan pertanyaan itu, pada hakikatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sedang diasah intelektualitasnya oleh Tuhan melalui proses isrâ’ yang menjadikan Nabi Muhammad bisa menjawab bahwa jumlah pintu Masjid al-Aqsha itu sekian, wajah dan perilaku Nabi Musa begini, wajah Nabi Ibrahim itu begini sekaligus memberikan pemahaman kepada kita bahwa para nabi selain diuji secara fisik seperti diludahi, shalat dilempari batu, kotoran dan lain sebagainya, mereka juga diuji secara intelektual.
Ujian intelektual Nabi Muhammad dimulai dari periode Makkah sampai Madinah. Para Rahib Yahudi sering menanyakan hal-hal yang menurut mereka hanya akan mampu dijawab oleh orang yang benar-benar utusan Tuhan. Apabila tidak utusan Tuhan, pasti tidak akan mampu menjawab. Seperti suatu saat Nabi Muhammad ditanya, “Makanan apa yang dikonsumsi pertama kali oleh penduduk surga?”,
“Mengapa pula jika ada orang mempunyai anak, anaknya bisa mirip kepada bapak atau ibunya?”, serta aneka macam pertanyaan lain. Pertanyaan yang dilandasi keraguan oleh masyakarat Arab pada masa itu sebenarnya hanya bermotif politis.
Mereka hanya mempunyai satu tujuan yaitu mendelegitimasi kenabian Baginda Rasul, namun faktanya menunjukkan bahwa Nabi Muhammad tetap tidak jauh-jauh dari komunitas nabi yang berada di Palestina. Israil dalam bahasa Al-Qur’an menunjukkan anak keturunan Ya’qub.
Bukan Israil (Israel) sebagai sebuah negara seperti yang kita ketahui sekarang ini. Israil sebagai neraga itu baru beberapa tahun terakhir setelah diberi kemerdekaan oleh Inggris. Di antara salah satu keturunan Nabi Ya’qub ada yang namanya Yahuda. Dari keturunan itu, menjadi cikal bakal Bani Israil. Begitu pula Nabi Muhammad. Ia tidak jauh dari Bani Israil. Nabi Muhammad kalau dirunut, merupakan keturunan Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim memiliki dua anak. Yang satu, Ismail. Ia ditinggal Ibrahim saat masih bayi di samping Ka’bah.
Kisah ini dijelaskan dalam ayat: رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya : Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37) Dari Nabi Ismail yang menjadi putra Ibrahim, lahirlah generasi-generasi berikutnya di antara seseorang bernama Adnan.
Adnan mempunyai keturunan-keturunan hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana diceritakan dalam kitab Al-Barzanji: وَعَدْنَانُ بِلَا رَيْبٍ عِنْدَ ذَوِي الْعُلُوْمِ النَّسَبِيَّةِ إِلَى الذَّبِيْحِ إِسْمَاعِيْلَ نِسْبَتُهُ وَمُنْتَهَاهُ
Artinya : Tanpa diragukan, Adnan mempunyai nasab secara genetik kepada Nabi yang pernah disembelih bernama Ismail.
”Sekali lagi, Nabi Muhammad menjadi keturunan Ismail sebenarnya diketahui oleh pemuka Yahudi dan Nasrani. Namun mereka ingin menggagalkan kepercayaan (trust) bahwa Muhammad itu Nabi. Hal ini juga mendorong mereka berbuat licik yaitu dengan cara memanggil Nabi Muhammad yang keturunan klan bangsawan, namun dipanggil dengan panggilan “Muhammad bin Abi Kabsyah” yang berarti anak penggembala kambing. Orang Arab tahu kalau Nabi Muhammad itu keturuan bangsawan besar Arab dari klan Quraisy," papar Gus Baha.
Panggilan sebagai putra Abdullah bin Abdul Muthallib otomatis menaikkan strata sosial beliau di mata masyarakat. Ini dihindari oleh orang-orang kafir Quraisy.
Di satu sisi, secara fakta, saat Muhammad kecil memang pernah diasuh oleh penggembala kambing yang kemudian tercatat sejarah bahwa Nabi Muhammad kecil pernah menggembala kambing yang terbawa secara naluri alamiah basyariyahnya dari rutinitas perawatnya saat Nabi masih kecil.
Penggembalanya bukan ayahnya sendiri Abdullah. Abdullah meninggal saat Nabi Muhammad masih di kandungan ibunya, Sayyidah Aminah. Permainan kata itu memang jelas diceritakan dalam Al-Qur’an.
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ