Berita Entertainment
Film Pendek Omah Njero: Tempat Paling Sakral, Sendang Kapit Pancuran, hingga Ruang Semayam Para Ego
Kisah ruang di rumah keluarga Jawa, film pendek Omah Njero menceritakan tentang bagian rumah paling privat untuk membahas masalah dan melepaskan ego.
Penulis: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Ficca Ayu Saraswaty
Reporter: Ficca Ayu Saraswaty | Editor: Ficca Ayu Saraswaty
TRIBUNJATIM.COM - Kisah ruang di rumah keluarga Jawa, film pendek Omah Njero menceritakan tentang bagian rumah paling privat untuk membahas masalah dan melepaskan ego.
Ada di dalam cerita dan eksis di dunia nyata, Omah Njero hingga kini rupanya masih dapat dijumpai di Ponorogo.
“Omah Njero ini beneran masih difungsikan, selain keluarga dilarang masuk. Sekali pun keluarga sendiri enggak bisa masuk ke sana kalau cuma untuk nyantai, jadi beneran privat,” ujar Gelora Yudhaswara pada TribunJatim.com (17/3/2021).
Gelora Yudhaswara, sutradara film Omah Njero, menyebut sempat kesulitan dalam mencari rumah untuk syuting Omah Njero.
Total ada 10 rumah yang ia kunjungi. Tak mudah untuk menemukan rumah yang pas, apalagi mendapat akses untuk ke Omah Njero.
“Boleh syuting di dalam rumah, tapi bagian Omah Njero enggak boleh masuk. Sebelum masuk ke Omah Njero, ada ruang tamu untuk santai atau bersenda gurau,” imbuhnya.
Meski sempat heran, tapi ia kagum karena masih ada keluarga di Ponorogo yang memfungsikan Omah Njero seperti kegunaannya di awal.
Baca juga: Doyan Gambar Sejak SD, Hari Prasetyo Ciptakan Ilustrasi Jokowi: ‘Shortcut’ Karya Cepat Dikenal Orang
Ruang Paling Sakral, Tempat Perenungan

Omah Njero dipercayai sebagai ruang paling sakral sekaligus tempat perenungan bagi keluarga Jawa. Ini adalah tempat di mana keluarga untuk menyelesaikan masalah.
“Ketika kita masuk ke Omah Njero, harus melepaskan semua ego dan keras kepala saat menyelesaikan masalah. Baik itu masalah pribadi, antar keluarga, atau dengan orang lain,” ungkap Gelora.
Ruang di Omah Njero difungsikan untuk menyelesaikan masalah agar tidak sampai ke luar rumah atau jadi omongan tetangga.
“Masalah yang ada di dalam rumah jangan sampai keluar, bahkan sampai jadi omongan tetangga, intinya masalah di rumah harus selesai di dalam rumah,” lanjutnya.
Seperti pada alur cerita yang ada di film ini, Betari (35 th) yang diperankan oleh Aya Chikamatzhu Urul diceritakan tinggal di Omah Njero dengan anggota keluarga yang punya banyak kesalahpahaman.
Kesalahpahaman tersebut belum terluruskan lantaran ada salah satu anggota keluarganya yakni sang kakak, Baskoro (40 th) yang tempat tinggalnya jauh dan sudah jarang berkumpul di Omah Njero.
Baca juga: Berkiblat ke Musik Kontemporer & Karya Original, Violinist Kezia Amelia Rilis Single Yang Kukenang
Sendang Kapit Pancuran

Keunikan film Omah Njero yakni mengangkat kisah sendang kapit pancuran.
Dalam keluarga Jawa, sendang kapit pancuran yakni tiga saudara kandung terdiri dari anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan, dan anak ketiga laki-laki.
“Omah Njero ini bener-bener riset mulai dari cerita ruang, fungsi rumah, karakternya, sampai sendang kapit pancuran. Sifat dari sendang kapit pancuran itu kayak yang ada di film ini,” tutur Gelora.
Lebih lanjut, Gelora menjelaskan kalau film ini mengangkat isu tentang perempuan di keluarga Jawa yang kadang kala terbatas ruang geraknya karena aturan-aturan tertentu.
Film ini dikemas tidak hanya isu perempuannya saja, tapi juga membahas tentang bagian struktural rumah Jawa yaitu Omah Njero.
Baca juga: Berawal dari Motivasi Masuk Bumper Opening, Rizky Maulana Raih Posisi Top 16 MasterChef Indonesia S5
Karakter Aya Ada di Betari
Aya Chikamatzhu Urul menceritakan awal mula ia terpilih untuk memerankan tokoh Betari.
Berawal dari casting dan kerap bekerja sama dengan sang sutradara, Aya terpilih menjadi Betari karena menurutnya ia dianggap mampu oleh sang sutradara untuk memerankan tokoh tersebut.
Aya kemudian menjelaskan karakter Betari di film Omah Njero.
“Karakter Betari ini menurut saya manja, agak keras kepala, mudah tersinggung, suka memendam perasaannya sendiri,” ungkap Aya pada TribunJatim.com (17/3/2021) sambil tersipu malu.
Menimpali Aya, Gelora mengatakan kalau sifat Aya juga ada di Betari, sehingga aktingnya bisa natural.
Aya juga merasa ada kemiripan dengan sosok Betari. Ada beberapa adegan di Omah Njero yang dialami Betari juga dialaminya. Misalnya cerita anak perempuan yang harus di rumah.
Bagi Aya, tidak ada kesulitan yang signifikan saat bermain di film ini. Sifatnya yang suka akan tantangan justru membuatnya merasa nyaman di Omah Njero.
“Tingkat kesulitan malah menjadi tantangan, tantangan itu harus dikalahkan. Saya harus bisa berinteraksi di situ, alhamdulillahnya nyaman dan kesusahan insya Allah tidak ada,” tuturnya.
Gambaran tokoh Betari juga sudah terpatri di pikiran Aya sehingga terbilang mudah untuk memerankannya.
“Aya itu tipe orang yang kalau udah baca teks sudah bisa meng-imajinasikan masuk ke karakter yang diinginkan oleh sutradara. Beberapa kali baca, gambarannya sudah ada,” imbuhnya.
Baca juga: Sosok Nikita Fima, Freediver dan Mermaid Jakarta Aquarium Bersuara Merdu yang Cinta Dunia Bawah Laut
Shorlist 9 Film Terbaik FFI
Rasa bangga tampak di raut wajah Gelora setelah film Omah Njero karya Komunitas Film Ponorogo Indie ini berhasil masuk ke shortlist 9 film terbaik Festival Film Indonesia (FFI).
“Enggak nyangka bisa masuk shortlist, tapi tetap bersyukur karena Omah Njero bisa masuk daftar 9 film terbaik FFI,” ungkap Gelora.
Perjalanan film Omah Njero ke sana cukup panjang dan tidak bisa dilakukan sendiri.
“Untuk bisa kirim film ke FFI, enggak bisa ngajuin daftar personal, tapi ada lembaga yang mengakurasi. Omah Njero ini didaftarin sama Minikino Bali. Selain Minikino, ada dua lembaga lainnya. Total ada sekitar 150 film yang masuk ke FFI,” terangnya.
Meski demikian, penghargaan itu bukan yang utama. Apresiasi yang besar dari penonton untuk film Omah Njero lah yang kemudian menjadi pertimbangan Gelora.
Baca juga: Berjaya di Panggung Balet, Michael Halim Peraih Solo Seal Punya Mimpi Besarkan Balet Kontemporer
Sinopsis
Pagi yang biasanya sepi di rumah Betari (35 th) menjadi pagi yang penuh ketegangan.
Ketegangan ini berasal dari kepulangan Baskoro (40 th), kakaknya Betari, yang membawa kemarahan pada Betari.
Kemarahan Baskoro karena merasa ditipu oleh Betari yang mengabarkan bahwa Ayah mereka sakit keras. Baskoro merasa rugi sudah pulang.
Pagi itu Baskoro mulai mempermasalahkan banyak hal terutama status perawan tua Betari.
Ketegangan semakin meninggi ketika Bowo (34 th, adiknya betari) juga datang banyak membela Betari.
Bapak (65 th) dan ibu (60 th) tampak tidak kuasa meredakan kemarahan Baskoro meski Bapak sudah membawa mereka bertiga ke dalam Omah Njero.
Omah Njero adalah ruang paling privat di keluarga jawa untuk membahas masalah yang dianggap penting.
Di dalam Omah njero inilah semua orang wajib membuang ego dan pikiran-pikiran negatifnya demi menyelesaikan masalahnya.
Baca juga: Janji Teruskan Perjuangan Pakde, Mira Kirana ‘The Next Didi Kempot’ Ajak Anak Muda Cinta Budaya Jawa
(TribunJatim.com/Ficca Ayu Saraswaty)
---
Berita tentang sinopsis film
Berita tentang film pendek
Berita tentang Jawa Timur