Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

34 Tahun Sejak Operasi, Nasib Kembar Siam Yuliana Yuliani Kini Makin Sukses Jadi Dokter dan Doktor

34 tahun berlalu sejak operasi yang mendebarkan, begini nasib kembar siam Yuliana Yuliani sekarang, makin sukses, jadi dokter dan doktor.

Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
Twitter/Airin_NZ - Tribunnews.com
Kabar bayi kembar silam Yuliana Yuliani setelah 34 tahun sejak operasi 

Oleh karena itu, Yuliana menjadikan hidupnya sebagai ucapan terima kasih kepada mereka yang berjasa dalam hidupnya.

"Kami ingin membuat bangga orang tua, Pakde juga. Mereka tersenyum bangga atas prestasi kami sudah cukup bagi saya," ujarnya.

Yuliana menambahkan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tanggung jawab sosial terhadap masyarakat pun kian tinggi.

Itu yang selalu diajarkan orang tua dan Pakde.

Setelah operasi pemisahan, Pakde jadi sumber inspirasi bagi si kembar Yuliana Yuliani.

Sebagai dokter, Yuliani dididik Pakde agar tak berorientasi uang. Pakde mengajarkan, motivasi jadi dokter seharusnya menolong sesama.

"Pakde selalu mengajar kami berbagi dengan orang lain dan memberi manfaat bagi orang banyak," ucap Yuliani.

Ke depan, Yuliana ingin membagi ilmunya dengan menjadi dosen atau peneliti.

Sementara Yuliani ingin meneruskan pendidikan dokter spesialis bedah saraf seperti Pakde, sumber inspirasinya.

-
Kembar siam Yuliana Yuliani (Tribunnews.com)

Baca juga: Terjawab Keaslian Foto 2 Peledak Bom di Gereja Makassar, Polisi Buka Suara, Sosok Hasniawati Terkuak

Ya, Padmosantjojo selama di RSCM selalu menggratiskan bedah saraf yang dilakukannya.

"Saya dibayar 2M per pasien. Makasih, Mas. Matur nuwun, Mas," ujarnya sambil tertawa.

Menurut Padmosantjojo, perhatiannya pada kembar Yuliana Yuliani juga merupakan bentuk protes kepada pemerintah yang disampaikan dengan contoh nyata.

Bahwa untuk memberi akses layanan kesehatan tak perlu jargon politik, hanya perlu empati dan kemauan menolong mereka yang membutuhkan.

Padmosantjojo, yang belajar bedah saraf di Rijk Universiteit, Groningen, Belanda, menyatakan, Indonesia merdeka, tetapi akses warga pada layanan kesehatan, khususnya bedah saraf, belum merata.

Tidak semua warga bisa mengakses layanan ini, apalagi sejumlah provinsi belum punya dokter spesialis bedah saraf.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved