Gus Dur Ungkap Tingginya Rahasia Kewalian Gus Miek dan Benteng Terakhir 'Semaan Al Quran'
Sosok Gus Miek atau KH Hamim Djazuli bukanlah sosok kiai yang hanya ngaji di pesantren, atau hanya ngaji di masyarakat umum. Bukan sebatas itu.
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sosok Gus Miek atau KH Hamim Djazuli bukanlah sosok kiai yang hanya ngaji di pesantren, atau hanya ngaji di masyarakat umum. Bukan sebatas itu.
Gus Miek ngajinya di diskotik, klub malam, tempat prostitusi, tempat dugem, dan lain sebagainya. Semua dijalani Gus Miek dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Karena begitu luasnya area dakwah Gus Miek, juga begitu banyaknya jama’ah yang selalu menunggu kedatangannya, seringkali kedatangan Gus Miek di satu tempat menuju tempat lainnya sering tak terduga. Beruntung sekali yang bisa bertemu dengan beliau.
Kenangan dan ungkapan atas kewalian Gus Miek dijelaskan pula oleh Gus Dur. Berikut ini tulisan Gus Dur yang mengungkap betapa tingginya maqom kewalian Gus Miek.
Mantan Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid yang sangat akrab dipanggil Gus Dur dan menaruh hormat kepada Gus Miek pernah mengisahkan kejadian menarik tentangnya.
Baca juga: Gus Baha : Guyonan Nabi Dengan Sahabat Soal Fitnah Dajjal
Baca juga: BERITA TERPOPULER JATIM: Gus Dur Ngaji Ditinggal Naik Selinder hingga Ibu di Magetan Dianiaya Anak
Baca juga: Karomah Gus Miek, Motor Kehabisan Bensin Diisi Sebungkus Teh Manis, Mobil Mogok Diisi Air Sungai
Di beranda sebuah surau di Tambak, Mojo, Ploso, Kediri, Gus Dur berhasil menemui Gus Miek. Tadinya, sebelum sampai di surau itu, Gus Dur membuntuti mobil yang ditumpangi Gus Miek dari kejauhan.
Setelah membelok ke barat dan kemudian ke utara melalui pararel, akhirnya mobil itu berhenti di depan surau itu. Ketika Gus Dur sampai di surau itu, Gus Miek sudah meninggalkan mobilnya, sudah berada di dalam surau.
Dari beranda surau, Gus Miek menunjuk sebidang tanah yang bersebelahan dengan pekarangan surau.
“Di situ nanti Kiai Ahmad akan dimakamkan. Demikian juga saya. Dan nantinya sampeyan,” kata Gus Miek kepada Gus Dur.
Dikatakan Gus Miek bahwa tanah itu sengaja dibelinya untuk pemakaman para penghafal Alquran. Gus Dur mengatakan kepadanya bahwa dirinya bukan penghafal Alquran. Gus Miek menjawab, “Bagaimana pun sampeyan harus dikuburkan di situ.”
Belakangan diketahui bahwa Kiai Ahmad yang dimaksudkan oleh Gus Miek dalam obrolan dengan Gus Dur itu adalah K.H. Ahmad Shiddiq, mantan Rais Aam PBNU yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jember.
Sema'an Alqur'an dan Dzikrul Ghofilin
Pada tahun 1988 Gus Dur Bertanya kepada Gus Miek.
"Apa alasan panjenengan Gus, membuat acara sema'an Alqur'an & Dzikrul Ghofilin ini ..???"