Ngaji Gus Baha
Gus Baha: Tidak Benar, Ada Orang Sedikit-Sedikit Meniru Rasulullah
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah.
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Dalam memahami apa saja yang boleh ditiru Nabi Muhammad saw, dibutuhkan para ulama yang mempunyai kapasitas dalam berijtihad. Jika saja tanpa ulama, umat Islam saat ini tentu tidak akan memiliki mata rantai keilmuaan yang sampai pada Nabi Muhammad saw.
“Andaikan sunnah rasul dimaknai secara sepihak, maka harus hidup di Madinah. Maka jika ada orang Islam yang tidak pernah ke Madinah, (dia) akan dianggap tidak mengikuti sunnah rasul,” jelas Gus baha.
Dalam mukadimah kitab Shohih Muslim, Abdullah bin al-Mubarok berkata tentang pentingnya sanad atau ketersambungan suatu ilmu,
الإسناد من الدين ولولا الإسناد لقال من شاء ماشاء عن عبدالله بن المبارك رضي الله عنه أنه قال:
“Dari Abdullah bin al-Mubarok, dia berkata: sanad itu sebagian dari agama. Jika tidak ada sanad, sungguh seseorang akan berkata apa saja yang dia kehendaki”.
Ibadah yang Dibenci Syetan
Menurut Gus Baha ibadah yang paling dibenci setan adalah rasa bahagia seseorang karena di dalam hatinya terdapat keimanan.
“Sebab keimanan lah yang menyelamatkan seseorang dari neraka. Sedangkan tugas setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Sementara itu, selagi terdapat keimanan di dalam hati seseorang, dia akan memiliki hak untuk masuk surga. Gagal lah setan.” kira-kira begitu yang dijelaskan Gus Baha.
“Karena bahagia dengan keimanannya, manusia akan berusaha untuk melakukan perbuatan yang bisa menjadi bukti atas keimanan tersebut. Segala jenis ibadah akan dilakukan dengan rasa senang. Tentu saja hal ini takkan bisa dilakukan tanpa adanya ilmu yang harus dicari dengan benar. Sebab ilmulah yang menyinari keimanan,” ppar Gus Baha.
Menurut Gus Baha, tanpa ilmu, iman akan redup dan setan akan mudah sekali menggoda orang yang ibadah tanpa ilmu. Ada banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah. Beberapa kitab menjelaskan hal itu.