Cerita Ojek Wisata Gunung Kelud Bertahan di Tengah Pandemi, Sempat Banting Setir Jadi Buruh Tani
Warga lereng Gunung Kelud menyambut baik kebijakan uji coba pariwisata Gunung Kelud yang dibuka di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: Farid Mukarrom | Editor: Ndaru Wijayanto
Hal ini karena tak ada pekerjaan, lahan pertanian rusak. Sehingga warga mencari kayu di hutan lindung area Gunung Kelud.
"Kemudian Pemda dan Perhutani memutuskan untuk dihentikan, tetapi harus ada solusi. Akhirnya dibuka wisata Gunung Kelud. Para pembalak jadi pekerja di wisata Gunung Kelud," ungkapnya.
Ia mengkhawatirkan jika kondisi seperti ini akan dilanjutkan, maka tak menutup kemungkinan warga Lereng Kelud kembali melakukan aktivitas pembalakan liar untuk bertahan hidup.
"Soalnya ini sudah urusan perut, kita waktu masa pandemi sekarang bisa bertahan sudah bagus," jelas Bagio.
Bagio mengaku dengan uji coba pembukaan wisata Gunung Kelud, pihaknyamelakukan semaksimal mungkin untuk patuhi protokol kesehatan.
"Sebagian wisatawan ini sudah menyadari dan patuh dengan protokol. Tetapi ketika menemukan wisatawan tak pakai masker kita sudah menyediakan masker untuk mereka," tuturnya.
Bagio menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai tukang ojek di wisata Kelud mulai dari 7 pagi sampai 5 sore. Ia menjelaskan sebelum masa pandemi Covid-19 sehari-hari bisa mengantarkan 8 - 10 Penumpang.
"Untuk tarif yang dikenakan per orang pulang pergi 50 ribu. Tetapi kalau ada rombongan minimal 5 orang, bisa 40 ribu rupiah," terangnya.
Tak lupa ia menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah saat ini Hanindhito Himawan Pramana Bupati Kediri untuk menutup usaha wisata Kelud sampai satu tahun penuh.
"Jangan sampai seperti tahun lalu wisata ini ditutup total," pungkas Bagio Wakil Ketua Perkumpulan Among Karyo Satrio Kelud.