Berita Madiun
Wanita di Madiun Ini Sukses Ternak Kenari di Tengah Pandemi Covid-19, Sebulan Raup 14 Juta
Hobi dan profesi tak mengenal gender atau jenis kelamin. Setidaknya itu yang ingin ditunjukan oleh Ria Wardaningtyas
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Januar
Reporter: Rahadian Bagus | Editor: Januar AS
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Hobi dan profesi tak mengenal gender atau jenis kelamin. Setidaknya itu yang ingin ditunjukan oleh Ria Wardaningtyas.
Ditemui di rumahnya Senin (31/5/2021) di Jalan Suta Bhakti Blok H/194, Kecamatan Kanigoro, Kota Madiun, wanita yang akrab disapa Ria ini menceritakan usahanya berternak burung kenari.
Ria mengatakan, selain membutuhkan modal yang tidak sedikit, breeding burung kenari juga memakan banyak waktu serta memerlukan kesabaran serta ketekunan. Namun, faktor penting lain yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah kecintaan terhadap hewan.
"Saya dan suami menyukai burung kicau sejak lama, tapi untuk breeding atau mengembangkan burung kicau jenis kenari, baru sekitar satu setengah tahun ini," kata Ria.
Ria mengubah ruang kamar bagian belakang di rumahnya sebagai tempat kandang bagi burung kenari koleksinya.
"Saya sengaja memanfaatkan kamar bagian belakang jadi tempat kandang kenari. Pertama karena kita tidak punya kandang yang luas, yang kedua supaya lebih gampang mengawasi," katanya sambil tertawa.
Saat ini, ia mengaku memiliki sedikitnya 10 ekor kenari jantan dan 40 kenari betina. Beberapa ekor di antaranya sedang dalam proses mengerami telurnya, dan sebagian sudah menetas.
Ia menceritakan, bahwa tidak semua induk kenari mau menyuapi anak-anaknya. Oleh sebab itu, ada beberapa bayi kenari yang dititipkan ke induk lain, bahkan di antaranya harus dibantu disuapi makan olehnya.
Baca juga: Jelang Libur 1 Juni, Penumpang Bandara Juanda Capai 17 Ribu, 203 Orang Positif Covid
Ria meracik sendiri makanan bagi anak kenari, agar bayi kenari bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ria mengaku, beternak kenari, tidaklah semudah yang dibayangkan. Pernah, lebih delapan bulan pertama tak satupun dari bayi kenari yang menetas bisa bertahan hidup.
Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya makanan yang terlalu encer, sehingga kenari kembung, kadang terlalu kental dan menyangkut di tenggorokan sehingga mati akibat sesak nafas.
"Delapan bulan terakhir itu sama sekali nggak ada bayi kenari yang hidup. Macam-macam sebabnya, makanannya terlalu encer, kadang terlalu kental sampai akhirnya mereka mati," keluhnya.
Ia mengaku kerap kali menangis dan hampir putus asa karena merasa usahanya tak berhasil. Ditambah lagi situasi pandemi Covid-19 yang memaksa harus bekerja lebih keras.
Hingga akhirnya, ia bertanya kepada teman sesama pecinta burung kicauan dan mencari refrensi di Youtube, dan perlahan Ria mulai menemukan kembali semangatnya.