Berita Tulungagung
Cerita Perangkat Desa di Tulungagung Terserang Antraks, Tertular Saat Autopsi Bangkai Sapi
Kepala Dusun Toro, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Agung Aris Saputra menunjukkan luka menghitam di tangan kanannya.
Penulis: David Yohanes | Editor: Ndaru Wijayanto
Reporter: David Yohanes I Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Kepala Dusun Toro, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Agung Aris Saputra menunjukkan luka menghitam di tangan kanannya.
Agung adalah satu dari enam warga desa setempat yang terindikasi terserang bakteri antraks.
Karena lukanya ini, Agung tidak boleh mendekat ke kandang sapi-sapi miliknya.
Sebab lukanya berpotensi menularkan antraks ke sapi-sapi.
Sementara bakteri ini tidak bisa menular dari manusia ke manusia.
"Untuk berjaga-jaga, saya tidak berani dekat dengan binatang apa pun. Karena antraks butuh media hewan untuk menular," terang Agung, saat ditemui di rumahnya, Selasa (8/6/2021).
Karena kondisinya, belasan sapi miliknya dirawat oleh ayahnya.
Agung berkisah, sebenarnya lingkungannya tidak termasuk wilayah terduga antraks.
Namun pada 25 Jun 2021 ada satu ekor anak sapi di lingkungan lain yang mati mendadak.
Saat itu petugas dari Kementerian Pertanian dan Balai Besar Venteriner Yogyakarta tengah melakukan pemantauan di Desa Sidomulyo.
Para petugas kesehatan hewan memutuskan untuk mengautopsi bangkai sapi yang mati.
Agung sebagai perangkat desa membantu proses autopsi itu.
"Sapi yang mati terbukti terindikasi antraks. Diduga saya tertular saat antraks saat membantu autopsi itu," tambahnya.
Tiga hari yang lalu muncul benjolan kecil di tangan kanannya, dan semakin besar di hari berikutnya.
Di hari ke-3 Agung mengalami demam, badannya meriang panas dingin.
Pada lukanya juga muncul warna hitam yang mengeras.
"Pada saat itu petugas kesehatan sudah bersiaga, jadi saya diberi obat. Sekarang sudah membaik, tinggal menunggu sembuh lukanya," tutur Agung.
Agung merupakan warga terakhir yang ditemukan dengan gejala antraks.
Sementara lima warga lainnya kondisinya sudah sehat, meski masih menunggu lukanya sembuh total.
Sebab mereka khawatir masih bisa menulari sapi-sapi yang mereka rawat.
"Jadi tidak perlu khawatir, semua sudah terkendali. Warga juga sudah tenang," ucap Agung.
Lebih jauh Agung berkisah, warga dilanda keresahan saat sapi-sapi mereka mati beruntun.
Hingga saat itu muncul isu ada warga yang mempraktikkan santet.
Kini setelah penyebab kematian hewan ternak sudah diketahui, ada perasaan lega di hati warga.
"Semua sudah beraktivitas seperti biasa. Petugas kesehatan juga sudah memberi penyuluhan, apa yang harus kami lakukan untuk mengendalikan antraks," tandas Agung.
Total ada 26 sapi dan tiga kambing yang mati di Desa Sidomulyo.
Bangkai sapi yang terakhir membuktikan indikasi serangan bakteri antraks.
Ada enam warga yang mengalami luka dengan ciri khas penyakit antraks.
Petugas sudah mengambil sampel luka mereka untuk diuji di laboratorium.