Berita Gresik
Tunggu BPCB Identifikasi Petirtaan Era Majapahit di Gresik Sebelum Dijadikan Wisata Desa
Temuan diduga sebuah tempat petirtaan atau padusan di era Kerajaan Majapahit di Dusun Rejosari, Desa Sukorame, Kecamatan Wringinanom, Gresik masih
Penulis: Willy Abraham | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Willy Abraham
TRIBUNJATIM.COM, GRESIK – Temuan diduga sebuah tempat petirtaan atau padusan di era Kerajaan Majapahit di Dusun Rejosari, Desa Sukorame, Kecamatan Wringinanom, Gresik masih belum dikunjungi Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Warga menunggu BPCB untuk melakukan pengerukan tanah yang diduga sebagai petirtaan era Majapahit.
Pasalnya, di lokasi tersebut akan dijadikan sebuah wisata desa Sumberame. Para pemuda setempat bergantian menjaga lokasi petirtaan yang berada di tengah hamparan lahan tebu itu. Sejumlah batu bata dengan ukuran besar dan panjang lengkap dengan garis jari disusun rapi di bawah pohon beringin berusia ratusan tahun.
Termasuk batu lumpang yang berhasil dievakuasi mengguanakan alat berat, saat pertama kali ditemukan petirtaan pada Kamis (9/9/2021) lalu.
Warga yang menjaga petirtaan tersebut, Nur Silam (47) mengaku telah melaporkan temuan benda bersejarah ini kepada Disparbud dan BPCB. Dari Disparbud sudah datang, sedangkan BPCB masih belum. Pria yang mencetus adanya wisata desa di petirtaan tersebut menunggu kedatangan BPCB untuk mengetahui lebih lanjut.
“Kami menunggu BPCB untuk melakukan pengerukan lagi. Karena petirtaan ini masih memanjang dan pemuda disini sepakat ini menjadi potensi wisata desa,” kata dia saat di lokasi, Kamis (16/9/2021).
Kondisi petirtaan yang berada di bawah pohon beringin berusia ratusan tahun itu jika dibiarkan akan terkesan angker. Oleh sebab itu, para pemuda setempat ingin menjadikan wisata desa, wisata sejarah leluhur zaman Majapahit.
Dikatakannya, adanya petirtaan dan batu lumpang merupakan ciri-ciri peninggalan zaman kerajaan Majapahit. Ditambah lagi, wilayah setempat juga berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto.
Penemuan padusan era kerajaan Majapahit ditemukan tidak sengaja oleh warga yang ingin menggali sumber mata air yang tidak pernah kering itu.
Rencananya untuk waduk berukuran 12 X 8 meter. Setelah menggali sedalam 2 meter lebih, alat berat tiba-tiba membentur benda keras. Setelah diperiksa ternyata ditemukan batu bata kuno dengan ciri-ciri saat era Majapahit.
Baca juga: Konsleting Listrik Kembali Menjadi Penyebab Kebakaran, Toko Buah di PPS Gresik Terbakar
Bebatuan era kerajaan memiliki ciri khas tertentu. Dari ketebalan beda dengan batu bata biasanya. Batu bata ini ditemukan terpisah tidak tersusun rapi. Bentuknya pun bervariatif, ada yang memiliki tebal 9 centi meter dan lebar 32 centi hingga 40 centi meter. Karena itu pihaknya sangat yakin jika batu berwarna merah merupakan buatan era Majapahit.
“Pertama kena alat berat, posisinya tertimbun tanah dan tidak beraturan. Sedangkan yang masih dibawah ini bentuknya batu bata tersusun memanjang seperti tempat padusan. Saya injak, dasarnya juga batu bata,” terangnya.
Selain ditemukan bebatuan kuno, warga juga menemukan lumpang berbentuk batu, tempat zaman dahulu menumbuk padi. Kata Nur Silam, lumpang biasanya dijadikan simbol yang dipajang di dekat petirtaan.
"Lumpang ini tertanam di dalam tanah, saya mengira mungkin bebatuan biasa, setelah digali ternyata lumpang," jelasnya.
Disebutkan Nur Silam, di daerahnya tersebut memang banyak ditemukan barang peninggalan kuno. Konon warga pernah menemukan perhiasan berupa rantai emas sepanjang 2 meter. Penemuan itu terjadi pada tahun 1975 silam. Dan tergeletak di dekat pohon beringin.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala Disparbud Gresik, Khairil Anwar menyebut berdasarkan bentuk dan ukuran bata merahnya mengindikasikan dari periode Majapahit.
“Namun fungsi bangunannya berdasar keterangan dari mereka yang terlibat dalam menggalinya kami lebih menginterpretasi sebagai kanal. Karena menurut mereka polanya memanjang. Dugaan kami temuan ini bagian dari kanal yang sebelumnya ditemukan di desa kepuhklagen Wringin Anom. Kami memang perlu melaporkan temuan tersebut ke BPCB Trowulan dan Balai Arkeologi Yogyakarta. Karena kedua instansi tersebut wilayah kerjanya juga di Jatim utk urusan cagar budaya,” tuturnya.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho masih menunggu laporan dari Disparbud untuk datang ke lokasi. Saat ini pihaknya masih belum berani mengidentifikasi lebih dini.
“Kami masih menunggu dari Disparbud terlebih dahulu. Terkait temuan, kami belum ke lokasi untuk mengidentifikasi seperti apa,” kata Wicaksono. (wil)
Kumpulan berita Gresik terkini