Berita Surabaya
Belum Semua Wali Murid di Surabaya Perbolehkan Anaknya Ikuti PTM, Begini Langkah Pemkot
Belum semua wali murid di Surabaya memperbolehkan anak mereka mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Belum semua wali murid di Surabaya memperbolehkan anak mereka mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Pemkot Surabaya pun saat ini terus memperketat protokol kesehatan di sekolah.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, bahwa persetujuan wali murid tetap menjadi salah satu acuan PTM di sebuah sekolah bisa digelar.
“Anak-anak yang ikut PTM harus melalui persetujuan orang tuanya," kata Cak Eri saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional dan Forum Ilmiah Guru dan Tenaga Kerja Kependidikan diSurabaya, Selasa (23/11/2022).
Apabila siswa diperbolehkan orang tuanya, maka sekolah tersebut bisa membuka PTM. "Meskipun sedikit yang masuk, PTM bisa tetap digelar,” tegasnya.
Baca juga: Sepeda Motor yang Dibakar Pesilat di Gresik Ternyata Milik Perempuan Tukang Pijat
Cak Eri menjelaskan, bahwa Pemkot Surabaya terus meyakinkan para wali murid bahwa PTM digelar dengan prokes ketat. Sebab, selain persetujuan wali murid, ada sejumlah aturan lain yang harus dilaksanakan sekolah sebelum menggelar PTM.
Di antaranya, mengikuti asesmen dari Satgas Covid-19 Surabaya. Asesmen ini untuk mengetahui fasilitas penunjang prokes yang diterapkan di sekolah hingga ketersediaan satgas penegak prokes.
"Kami inginnya semua sekolah di Surabaya, mulai dari SD-SMP, bisa tatap muka (PTM). Namun, harus menjalankan asesmennya dulu," kata Cak Eri.
"Kalau lulus asesmen, (PTM) baru dibuka. Tapi kalau belum lulus asesmen, berarti sekolah itu belum siap melaksanakan PTM,” katanya.
Setelah dinyatakan lulus asesmen, sekolah juga harus melakukan simulasi PTM. Setelah simulasi dinilai berhasil, maka sekolah itu diperbolehkan untuk melaksanakan PTM.
Cak Eri mewanti bahwa pelaksanaan prokes tak boleh berhenti pada saat asesmen atau simulasi saja. Apabila prokes terus bisa dilakukan, maka kasus bisa ditekan sehingga bisa meningkatkan kepercayaan siswa yang belum mau PTM.
"Kalau saya bilang hari ini buka, ya harusnya hari ini sudah bisa buka. Meskipun, siswanya 5 sampai 10 orang," katanya.
"Kalau kita yakin melakukan ini (PTM), yang lainnya saya yakin akan ikut. Kalau nggak ada yang yakin, kapan mulainya? Bismillah saja,” kata dia.
Dalam hal antisipasi, Pemkot tak bisa bergerak sendiri. Ia menekankan pentingnya peran kepala sekolah serta guru dalam mengawasi prokes para siswa.