Berita Surabaya
Belum Semua Ortu Izinkan Anak Ikuti PTM 100 Persen di Surabaya, Dispendik Siapkan Strategi Khusus
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Surabaya untuk jenjang SD dan SMP akan dilakukan secara total (100 persen), Senin (10/1/2022).
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine Koloway
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Surabaya untuk jenjang SD dan SMP akan dilakukan secara total (100 persen), Senin (10/1/2022).
Namun, ternyata belum semua orang tua mengizinkan putra mereka berangkat ke sekolah.
Berdasarkan catatan Dinas Pendidikan Surabaya, angka siswa yang sudah mendapatkan izin memang sudah di atas 50 persen.
"Respon orang tua memang rata-rata bagus. Namun, juga masih ada beberapa yang perlu pendekatan," kata Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Yusuf Masruh, Minggu (9/1/2022).
Yusuf menerangkan bahwa faktor kepatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi pertimbangan utama orang tua. Belum semua orang tua percaya sekolah bisa menjamin anak konsisten prokes.
Baca juga: Modal Awal Sudah Mumpuni, Risma Punya Peluang Maju Pilkada DKI Jakarta 2024
Terkait hal ini, Yusuf menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan antisipasi. Selain mengefektifkan satgas sekolah yang dibantu kelurahan hingga kecamatan, juga melakukan pembagian jam keberangkatan siswa di dua gelombang, baik untuk SD maupun SMP.
Sehingga, kapasitas kelas masih 50 persen meskipun PTM diikuti 100 persen siswa. "Kami menyiapkan dua shift ini selain untuk orientasi, juga untuk belajar prokes yang benar," katanya.
Apabila PTM 100 persen ini berjalan baik di pekan pertama, maka seluruh siswa baru akan masuk bersama (tanpa gelombang) di pekan berikutnya. "Apabila setelah dua minggu, evaluasi dan kondisi kasus (covid-19) tak ada peningkatan, mungkin akan mempercayakan penuh," katanya.
Tak hanya soal prokes, Yusuf juga mengungkap hal lain yang menjadi tantangan sekolah. Di antaranya, psikologi siswa.
Setelah dua tahun pembelajaran secara daring, belum tentu anak bersedia belajar di sekolah. Terutama, bagi siswa sekolah dasar kelas awal yang belum pernah mengikuti PTM.
"Biasanya, mungkin kalau di rumah bebas: miring, selonjoran, atau aktivitas lainnya, nah ini beda ketika berada di kelas. Kalau SMA mungkin mudah. Kalau SD, tentu beda sehingga ini jadi orientasi awal," katanya.
Sehingga, sekolah harus memastikan dua hal. Selain prokes berjalan baik, siswa juga tetap bisa mendapatkan pelajaran dengan nyaman.
"Memang, anak tidak berangkat ke sekolah selain tidak diizinkan orang tua juga bisa jadi karena si anak sendiri yang tidak mau. Nah, kami tentu akan melakukan pendekatan," katanya.
Oleh karenanya, meskipun PTM 100 persen mengharap kehadiran siswa di sekolah, Dispendik tetap akan menyiapkan fasilitas daring. "Prinsipnya, masing-masing sekolah harus siap hybrid (online dan offline)," katanya.