Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Makna Sesajen Tradisi Ruwatan di Gunung Semeru Viral Ditendang, Asal-usulnya dari Cerita Pewayangan

Seorang pria yang diketahui sebagai relawan di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur menendang sesajen.

Kolase Tribunnews.com/Twitter @Setiawan3833
Kata sesajen trending di Twitter (kiri) dan aksi pria membuang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru (kanan). 

TRIBUNJATIM.COM - Aksi pria tendang sesajen di Gunung Semeru masih menjadi sorotan warganet.

Kata sesajen pun trending di Twitter.

Seorang pria yang diketahui sebagai relawan di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur menendang sesajen.

Diduga sesajen yang dibuang berasal dari tradisi ruwatan warga.

Apakah Anda tahu makna dan asal-usul sesajen ruwatan di Gunung Semeru?

Baca juga: Pria Penendang Sesajen di Lumajang Ditangkap Polisi di Yogyakarta, Langsung Diperiksa

Dilansir dari Kompas.com, ruwatan adalah salah satu ritual penyucian yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa dan Bali.

Dalam bahasa Jawa ruwatan sama dengan kata luwar yang berarti dilepas atau dibebaskan.

Bisa dikatakan ruwatan berarti upacara untuk membebaskan atau melepaskan seseorang yang diruwat dari hukuman atau kutukan dewa yang menimbulkan bahaya.

Dari sisi sejarah, ruwatan merupakan upacara asal Jawa yang digunakan untuk membebaskan atau melepaskan seseorang dari hukuman atau kutukan yang membawa sial atau membahayakan.

Asal-usul adanya ruwatan adalah dari cerita pewayangan.

Tangkapan layar video viral pria membuang sesajen di lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Minggu (9/1/2022).
Tangkapan layar video viral pria membuang sesajen di lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Minggu (9/1/2022). (Istimewa)

Baca juga: Polda Jatim Tunggu Iktikad Baik Pria Penendang Sesajen di Semeru yang Berencana Menyerahkan Diri

Diceritakan ada seorang tokoh bernama Batara Guru yang beristrikan dua orang wanita, yaitu Pademi dan Selir.

Pademi menurunkan anak laki-laki bernama Wisnu dan dari Selir juga menurunkan anak laki-laki bernama Batarakala.

Batarakala tumbuh menjadi seorang yang jahat.

Ia kerap mengganggu anak-anak manusia untuk dimakannya.

Konon katanya, sifat jahat Batarakala ini disebabkan oleh hawa nafsu sang ayah, Batara Guru yang tidak terkendalikan.

Tiba-tiba, hasrat seksual Batara Guru timbul dan ingin bersetubuh dengan istrinya. Namun, Selir menolak, sehingga jatuhlah air mani Batara Guru ke tengah samudera.

Baca juga: Polisi Sebut Kantongi Identitas Perusak Sesajen di Lereng Gunung Semeru: Sudah Ada Titik Terang

Air mani ini kemudian berubah menjelma menjadi raksasa yang dikenal dengan nama Batara Kala.

Konon Batara Kala meminta makanan yang berwujud manusia kepada Batara Guru. Batara Guru pun mengizinkan dengan syarat manusia yang ia makan adalah wong sukerta.

Diketahui, Wong Sukerta adalah orang-orang yang mendapat kesialan, contohnya anak tunggal.

Sehingga setiap anak tunggal harus diruwat agar terhindar dari malapetaka dan kesialan.

Selain itu, sesajen yang digunakan dalam Ruwatan tidak hanya berupa makanan, tetapi ada juga benda-benda lain, seperti bunga, padi, kain, dan masih banyak lagi lainnya.

Lalu apa sih makna ruwatan?

Tradisi ruwatan yakni meminta dengan sepenuh hati agar orang yang diruwat dapat lepas dari petaka dan memperoleh keselamatan.

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Viral Sesajen Tradisi Ruwatan di Gunung Semeru Ditendang, Ternyata Ini Makna dan Asal-usulnya

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved