Berita Viral
16 Tahun Kemudian Baru Terkuak, Lumpur Lapindo Kini Dicari, Ternyata Hasilkan Harta Karun: Rare
Di balik kegelisahan publik terhadap peristiwa Lumpur Lapindo, ternyata kini ada rezeki yang sedang disoroti setelah jadi masalah pelik.
Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - 16 tahun sudah Lumpur Lapindo menjadi musibah dan bencana yang tak selesai bagi penduduk sekitar Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Hingga saat ini, Lumpur Lapindo masih menjadi momok besar pemerintah untuk menyelesaikannya.
Hal ini lantaran Lumpur Lapindo diketahui masih menyemburkan mineral panas yang berbahaya.
Tetapi tampaknya belakangan, ada hikmah berbeda dari peristiwa Lumpur Lapindo.
Pemerintah dalam penelusuran Kementerian ESDM diketahui menemukan fakta baru yang mencengangkan tentang Lumpur Lapindo.
Baca juga: Kreasi Sabun Penghilang Kuman Dari Lidah Buaya Lumpur Lapindo Karya Bocah Surabaya
Bencana itu pertama kali terjadi di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo pada 29 Mei 2006.
Bencana Lumpur Lapindo bermula dari kebocoran sumur pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas.
Mengutip pemberitaan Kompas (30/5/2006), semburan lumpur disertai gas keluar dari permukaan tanah melalui rawa yang ada di sekitar lokasi pengeboran.

Dalam sepekan semburan lumpur terus meluas menggenangi areal sekitar lokasi pengeboran.
Semburan Lumpur Lapindo itu setidaknya menggenangi 16 desa di tiga kecamatan.
Total 10.426 unit rumah terendam lumpur dan puluhan ribu jiwa terpaksa mengungsi.
Baca juga: Kawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo Belum Layak Jadi Tempat Wisata, BHS: Statusnya Bencana Nasional
Berdasarkan peta area terdampak, luas wilayah penanganan sosial kemasyarakatan dari bencana semburan Lumpur Lapindo mencapai 1.143,3 hektare.
Penyebab terjadinya semburan gas disertai lumpur panas hingga kini masih misterius.
Sudah 16 tahun berlalu sejak pertama kali bencana Lumpur Lapindo menyembur.
Baca juga: Tanggulangin Sidoarjo Langganan Banjir di Musim Hujan, Disebut Dampak Lapindo & Pendangkalan Sungai
Hingga detik ini, belum bisa diprediksi secara pasti kapan Lumpur Lapindo benar-benar berhenti.
Hari ini, ketika lumpur sudah menyembur selama 16 tahun hingga membentuk bagian menyerupai kawah yang aktif mengeluarkan asap, di antara hamparan luapan lumpur yang telah mengering.
Untuk menangani bencana ini, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus menggelontorkan anggaran dalam jumlah yang tidak sedikit.

Fakta mengejutkan kemudian muncul tatkala Lumpur Lapindo memasuki tahun ke enam belas dan tak kunjung berhenti mengeluarkan lumpur panas.
Siapa sangka, Lumpur Lapindo rupanya menyimpan kandungan logam super langka yang disebut rare earth atau logam tanah jarang.
Temuan tersebut dibenarkan langsung oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca juga: Penggabungan Desa Terdampak Lumpur Lapindo Sidoarjo Tunggu Perda, Subandi: Tak Ada Wilayah Layak
Melansir artikel SerambiNews.com, umumnya rare earth sulit ditemukan pada permukaan bumi.
Dengan demikian keberadaan logam tanah jarang sulit ditemukan, namun bencana Lapindo menjadi berkah bagi adanya rare earth.
Dikutip dari Pusat Sumber Daya Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), logam tanah jarang atau rare earth sudah mulai ditemukan pada abad ke-18.
Sejak saat itu para peneliti berupaya menemukan keberadaan rare earth yang tergolong langka.
Baca juga: 15 Tahun Para Pengusaha Korban Lumpur Lapindo Sidoarjo Belum Dapat Ganti Rugi
Tak hanya itu saja, Kementerian ESDM juga menemukan harta karun lainnya di lahan lumpur Lapindo, berupa logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari kapasitas logam tanah.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan terkait mineral logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo sejak tahun 2020 lalu.

"Tahun 2020 penyelidikan di sana, dan teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo."
"Ada indikasi logam tanah jarang ini, selain logam tanah jarang ada logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari logam tanah jarang," paparnya.
Tahun 2021, Badan Geologi Kementerian ESDM sudah melakukan kajian secara mendetail atas temuan tersebut dan hingga kini hasilnya masih dalam pemrosesan.
Eko mengatakan hasil kajian baru akan diberikan kepada publik jika sudah tuntas dilakukan.
Baca juga: Kawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo Belum Layak Jadi Tempat Wisata, BHS: Statusnya Bencana Nasional
"Tahun 2022 kami lakukan kajian dengan Ditjen Minerba, dan kerjasama dengan salah satu Litbang ESDM pusat yakni Tekmira terkait potensi untuk logam tanah jarang tersebut," imbuhnya.
"Ini kerja sama dengan dua institusi dan perlu koordinasi akan hasilnya dan diintegrasikan. Saat ini sedang diintegrasikan sehingga nanti kita bisa tahu potensi logam tanah jarang di Sidoarjo," tambah dia.
Sebagai informasi, keberadaan logam tanah jarang atau rare earth dapat digunakan sebagai bahan baku energi dalam pembuatan baterai, tak hanya itu rare earth juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik hingga daya bagi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Baca juga: Tanggulangin Sidoarjo Langganan Banjir di Musim Hujan, Disebut Dampak Lapindo & Pendangkalan Sungai
Diperkirakan beberapa seperti industri seperti komputer, telekomunikasi, nuklir, dan dirgantara.
Kedepannya juga akan membutukhan pemanfaatan dari adanya rare earth.
Dilansir dari World Today News, Indonesia sendiri memiliki potensi menjadi lokasi penyebaran rare earth.
Mineral yang terkandung dalam rare earth berpeluang untuk dibudidayakan sebagai produk sampingan yang dapat memberikan nilai tambah.
Tercatat beberapa wilayah Indonesia menjadi Jalur timah Asia Tenggara di antaranya Kepulauan Karimunjawa, Singkep, Bangka serta Belitung.

Kementerian ESDM juga membuka peluang investasi untuk menggarap eksplorasi logam tanah jarang ini.
Khususnya pada sektor teknologi untuk memproses perolehan eksplorasi.
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan produk industri teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi, nuklir, dan ruang angkasa.
Di masa mendatang diperkirakan penggunaan tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang tunggal, seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium dan yttrium.
Peluang jangka panjang dan untuk pemenuhan bahan industri teknologi tinggi seperti baterai kendaraan listrik akan dikembangkan di Indonesia, maka produk sampingan berupa mineral-mineral yang mengandung logam/unsur tanah jarang tersebut dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan industri baterai listrik nasional.
Manfaat dari rare earth atau tanah jarang bisa dipakai untuk teknologi, otomotif dan militer dan masih banyak lagi.
Karena itu, adanya temuan harta karun eksplorasi logam tanah jarang dalam tanah Indonesia, diharapkan bisa membuka peluang investasi, khususnya pada sektor teknologi.
Berita seputar Lumpur Lapindo