Berita Lamongan
Gedung Sekolah di Lamongan Dikepung Banjir, 2 Bulan Sudah Siswa MI Pindah Belajar di Musala
Banjir di Lamongan hingga kini belum surut. Selain merendam 41 desa, sejumlah lembaga pendidikan juga dikepung banjir yang mengganggu aktifitas proses
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Hanif Manshuri
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN -Banjir di Lamongan hingga kini belum surut. Selain merendam 41 desa, sejumlah lembaga pendidikan juga dikepung banjir yang mengganggu aktifitas proses belajar mengajar.
Namun, banjir yang sudah berlangsung dua bulan setengah di 5 kecamatan itu tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak di Lamongan.
Karena gedung sekolah mereka kebanjiran, terpaksa proses belajar para siswa di salah satu sekolah di Lamongan ini digelar di tempat ibadah, mushala dan masjid desa.
Salah satu sekolah yang menggelar proses belajar mengajar di mushala dan masjid desa itu adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudhotul Ulum Desa Sumowinangun, Kecamatan Karangbinangun.
Baca juga: Sidang Perdana Terdakwa Randy, Pecatan Polisi Yang Terlibat Kasus Aborsi
MI Roudlotul Ulum ini satu diantara puluhan sekolah yang terendam banjir luapan air sungai Bengawan Jero.
Agar proses belajar tetap bisa berjalan, terpaksa sekolah dialihkan ke mushala dan masjid desa.
"Karena gedung sekolah terendam banjir, proses belajar mengajar kita alihkan ke mushala dan masjid desa agar anak-anak tetap bisa belajar meski dalam suasana banjir," kata Kepsek MI Raudlatul Ulum, Muhammad Syamsul kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).
Syamsul menuturkan, MI Raudlatul Ulum mulai terendam banjir sejak 2 bulan lalu akibat tingginya curah hujan yang membuat Bengawan Jero pun meluap.
Selain gedung MI, jalan desa yang ada di Desa Sumowinangun juga terendam banjir dengan ketinggian air beragam antara 20 cm hingga 40 cm.
"Kalau gedung sekolah terendam banjir dengan ketinggian air banjir kurang lebih setinggi 30 cm,"katanya.
Melihat kondisi ini, pihak sekolah kemudian mengambil inisiatif dengan mengalihkan proses belajar mengajar di masjid dan mushalla karena dirasa lebih aman.
Meski tidak nyaman, ketinggian air banjir membuat mereka terpaksa mengalihkan tempat belajar agar anak-anak tetap bisa mendapatkan pelajaran.
"Semua ruang kelas yang ada di MI semuanya terendam air banjir, sehingga kami mengambil inisiatif mengalihkan ke masjid dan mushalla desa," jelasnya.
Layaknya proses belajar mengajar di kelas, di mushala dan masjid desa ini para siswa juga mendapatkan pelajaran layaknya di dalam kelas.
Puluhan siswa ini nampak tekun dan tetap semangat dalam mengikuti proses belajar meski mengaku agak kurang nyaman.
Dari 6 kelas yang ada di MI ini, kelas 1 hingga kelas 3 dialihkan ke masjid desa, sementara untuk kelas 4 sampai kelas 6 dialihkan ke mushala desa.
Para guru berharap banjir segera surut dan pihak-pihak terkait bisa membantu meninggikan gedung sekolah agar tidak terendam banjir lagi.
Salah seorang siswa MI Raudlatul Ulum, Fatimatuz Zahrah mengakui belajar di musala kurang nyaman jika ia sebenarnya kurang nyaman. " Kurang fokus," aku Zahrah.(Hanif Manshuri)
Kumpulan berita Lamongan terkini