Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ogoh-ogoh Patung 'Seram' yang Meriahkan Hari Raya Nyepi, Berikut Fungsi dan Asal Mula Perayaannya

Apa itu ogoh-ogoh? Patung 'seram' yang selalu warnai Hari Raya Nyepi. Perayaan Hari Raya Nyepi umumnya selalu dimeriahkan dengan ogoh-ogoh.

TribunnewsWiki.com
Ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi. 

TRIBUNJATIM.COM - Ogoh-ogoh turut memeriahkan perayaan Hari Raya Nyepi.

Ogoh-ogoh biasanya diarak keliling desa pada sore hari, tepatnya sehari sebelum Hari Nyepi.

Dalam kebudayaan Bali, ogoh-ogoh adalah karya seni patung yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.

Seperti apa fungsi dan asal mula perayaan ogoh-ogoh?

Berikut informasi selengkapnya.

Baca juga: Sambut Hari Raya Nyepi 2022, Umat Hindu di Kota Malang Jalani Ritual Tawur Kesanga di Pura

Sejumlah Ogoh - Ogoh yang dipersiapkan untuk Hari Raya Nyepi di Desa Balun, Selasa (05/03/2019).
Sejumlah Ogoh - Ogoh yang dipersiapkan untuk Hari Raya Nyepi di Desa Balun, Selasa (05/03/2019). (SURYA/HANIF MANSHURI)

Melansir TribunnewsWiki.com, menurut ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tidak terukur serta tidak terbantahkan.

Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan.

Bahkan masyarakat Bali menggambarkannya dalam wujud raksasa.

Selain wujud raksasa, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk hidup lainnya yang berasal dari Mayapada, Syurga dan Naraka misalnya seperti naga, gajah, dan widyadari (bidadari). 

Ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat.

Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar ogoh-ogoh.

Contohnya adalah ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Baca juga: Sejarah dan Makna Hari Raya Nyepi 2022, Umat Hindu Rayakan Pergantian Tahun Saka dengan Nyepi 24 Jam

Fungsi Ogoh-ogoh

Sebetulnya, fungsi utama ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Bhuta Kala yang dibuat menjelang Hari Nyepi.

Kemudian, ogoh-ogoh tersebut nantinya diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari, Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.

Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia).

Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, terkhusus manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau bahkan kehancuran.

Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Baca juga: Umat Hindu dan Muslim di Gresik Bagikan Sembako Jelang Hari Raya Nyepi

Asal Mula Perayaan Ogoh-ogoh

JELANG NYEPI - Warga menyelesaikan pembuatan Ogoh-ogoh di Dusun Karangtengah, Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Selasa (5/3/2019). Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di kawasan ini banyak yang membuat Ogoh-ogoh untuk diarak keliling desa dan dibakar dalam ritual Tawur Agung Kesanga.
JELANG NYEPI - Warga menyelesaikan pembuatan Ogoh-ogoh di Dusun Karangtengah, Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Selasa (5/3/2019). Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di kawasan ini banyak yang membuat Ogoh-ogoh untuk diarak keliling desa dan dibakar dalam ritual Tawur Agung Kesanga. (SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO)

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi.

Sejak sekitar tahun 1980-an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara keliling desa.

Acara itu dirayakan dengan membawa obor atau yang disebut acara Ngerupuk.

Sebetulnya, ogoh-ogoh merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan Upacara Ngerupuk.

Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh, para peserta upacara biasanya minum minuman keras traditional yang disebut dengan arak khas Bali.

Kemudian, ogoh-ogoh di arak menuju tempat yang diberi nama sema, yakni tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat.

Setelah itu, ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.

Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dan diarak diiringi dengan irama gamelan khas Bali yang diberi nama bleganjur patung.

Gamelan ini dibuat menggunakan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana.

Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Apa Itu Ogoh-ogoh? Patung 'Seram' yang Selalu Warnai Hari Raya Nyepi, Ini Maknanya

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved