Ramadan 2022
Arti Kata 'Shaum' dan 'Shiyam' dalam Al Quran, Bisakah Jadi Ucapan Selamat Puasa Ramadan 2022?
Simak arti kata 'shaum' dan 'shiyam' serta perbedaannya dalam Al Quran. pakah bisa dijadikan ucapan selamat Ramadan 2022?
Tidak hanya dalam hal hal yang membatalkan puasa secara fikih saja, namun juga menahan dari berbagai perbuatan dan ucapan lainnya yang tidak ada kaitannya dengan syariat puasa, sekalipun itu tidak termasuk ibadah.
Shaum atau Shiyam, keduanya sama-sama terbentuk dari lafaz “Shaama-Yashuumu” yang bermakna menahan dari sesuatu, baik perkataan atau perbuatan.
Dalam tataran Ilmu Shorf, keduanya merupakan bentuk Masdar.
Namun, untuk lafaz Shiyam mengikuti wazan Fi’al yang menurut sebagian ulama mengandung makna Mufa’alah, Musyarakah, Muqawamah dan Mujahadah dan makna-makna lain yang terkandung dalam wazan Mufa’alah.
Makna Mufa’alah yang terkandung dalam wazan Fi’al terdapat aspek adanya sebuah upaya atau usaha dalam beribadah secara syariat, yang mana kandungan makna ini tidak terdapat dalam lafaz Shaum.
(Dalam kamus Lisan al-‘Arab karya Ibnu al-Mandzur, “shaum” artinya “tark al-tha’am wa al-syarrab wa al-nikah wa al-kalam” atau “tak makan, minum, berhubungan intim, dan berkata-kata”).
Sedangkan “shiyam” di ketujuh ayat di atas merujuk pada arti spesifik, yaitu arti secara fikih: imsak ‘an al-‘akl wa al-syurb wa al-jima’ min thulu’ al-fajr ila ghurub al-syams ma’a al-niyyah. Tak makan, tak minum, dan tak berhubungan intim sejak fajar terbit hingga matahari terbenam.
Kesimpulannya, perbedaan “shaum” dengan “shiyam” adalah perihal umum dan khusus.
Baca juga: Penetapan Awal Puasa Ramadan 2022 dari Muhammadiyah, Lalu Bagaimana dengan Pemerintah? Cek di Sini

“Shaum” lebih umum daripada “shiyam”. Jika “shiyam” hanya digunakan untuk arti berpuasa secara fikih yaitu “menahan diri dari makan-minum-seks”, “shaum” digunakan untuk semua yang dimaksud dalam arti “menahan diri”. Puasa Ramadan atau puasa Senin-Kamis bisa disebut “shiyam”, juga bisa disebut “shaum”.
Dalam hadis-hadis, Nabi menggunakan kata “shaum” dan juga “shiyam” untuk sama-sama arti puasa secara fikih. La shauma fauqa shaumi dawuda ‘alaihissalam shathr al-dahr. Shum yauman wa afthir yauman (HR. Al-Bukhari).
Tidak ada puasa yang melebihi keutamaan puasa Nabi Dawud ‘alaihissalam, yaitu berpuasa dalam setengah tahun.
Satu hari berpuasa, satu hari tidak berpuasa (selang-seling). Ahabbu al-shalati ilallah shalatu dawuda ‘alaihi salam. Wa ahabbu al-shiyami shiyamu dawuda (HR. Al-Bukhari). Shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi Dawud. dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud.
“Shiyam” adalah bagian dari arti “shaum”. Sementara, “shaum” tidak pasti berarti “shiyam”.
Menahan diri dari angkara murka, menahan diri dari mengungkapkan rasa cinta, menahan diri dari mencaci sesama.
Semua itu disebut “shaum” dan tidak bisa disebut “shiyam”. Barangkali dari sini kita tahu hikmah kenapa dalam niat puasa yang digunakan adalah diksi “shaum”, bukan “shiyam”: Nawaitu shauma ghadin ‘an adai fardhi syahri ramadhani hadzihis sanati lillahi ta’ala. Begitu pula dalam hadist Qudsi Allah Swt. Berfirman As-Shaumu li wa Ana ajzi bihi (As-shaum hanya untukku dan Aku yang akan membalasnya)