Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Banyuwangi

Kreatif, Siswi SMP di Banyuwangi Buat Wastafel Sensor dari Bahan Daur Ulang

Program Merdeka Belajar yang telah dicanangkan  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong siswa dan guru u

Penulis: Haorrahman | Editor: Ndaru Wijayanto
SMP Maarif Genteng
Siswi SMP di Banyuwangi Ini Ciptakan Wastafel Sensor dari Bahan Daur Ulang 

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Program Merdeka Belajar yang telah dicanangkan  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong siswa dan guru untuk lebih kreatif dan inovatif mendesain pembelajaran.

Dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menarik, akan memunculkan inovasi yang bermanfaat.

Seperti yang dilakukan para siswi kelas 9 SMP Maarif Genteng, Banyuwangi. Mereka membuat wastafel sensor atau tempat cuci tangan tanpa sentuh dari bahan-bahan daur ulang.

Bahan-bahan yang sebelumnya tidak terpakai, seperti galon bekas dan botol air mineral, pipa bekas, kran air yang tidak terpakai, di tangan kreatif mereka menjadi sesuatu yang lebih memiliki nilai guna, yakni wastafel sensor. Apalagi saat ini memperbanyak cuci tangan telah menjadi budaya di era pandemi Covid-19.

Wastafel sensor ini dibuat oleh siswi kelas 9 secara berkelompok yang diketuai oleh Pinkan Wirda Silviana dan beranggotakan lima orang.

Untuk membuat wastafel sensor ini, sebagian galon air mineral bekas menjadi rangka untuk tandon air bersih, dan bagian lainnya menjadi tempat pembuangan air kotor.

Kran yang sudah rusak dan tidak terpakai dimanfaatkan ulang sebagai keluarnya air. Saluran air menggunakan pipa bekas yang telah dibengkokkan.

"Wastafel ini menggunakan sensor proximity sebagai komponen utama. Proses pembuatan wastafel sensor proximity ini diawali dengan merangkai modul sesuai skema terlebih dahulu," kata Pinkan Wirda Silviana, ketua kelompok.

Pinkan menjelaskan bahan-bahan yang digunakan selain barang daur ulang, juga menggunakan adaptor DC 12 Volt, papan PCB, relay, resistor, dioda, transistor, modul sensor 5 volt, pompa air dan terminal kabel.

"Semua bahan itu dirangkai dalam papan PCB menggunakan timah yang disolder," jelas Pinkan.

"Kemudian rangkaian yang sudah jadi tersebut diletakkan ke dalam wadah toples untuk melindungi rangkaian dari cipratan air. Rangkaian tersebut lalu dihubungkan ke adaptor, pompa air, dan sensor proximity yang diletakkan di ujung kran," tambahnya.

Pinkan menjelaskan cara kerja wastafel sensor proximity tersebut, ketika tangan diarahkan ke bawah kran secara otomatis sensor akan menerima respon, sehingga membuat pompa air mengalirkan air melalui kran.

Wastafel sensor proximity ini sangat efektif digunakan dalam sanitasi karena wastafel ini tanpa sentuhan tangan, sehingga mengurangi risiko penyebaran virus covid-19 melalui sentuhan tangan.

"Kami membuat wastafel sensor ini setelah melihat di hotel-hotel. Lalu dengan bimbingan guru di sekolah, kami mencoba untuk membuat sendiri dengan harga yang sangat murah," kata Pinkan.

Di pasaran harga untuk kran sensor-nya saja masih berada di kisaran Rp 350.000 hingga 500.000. Dengan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang jauh lebih murah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved