Berita Lumajang
Cuaca tak Menentu, Petani Tembakau di Lumajang Ketar-ketir, Dibayangi Harga Jual Rendah-Gagal Penen
Nasib petani tembakau di wilayah Lumajang tahun ini diombang-ambing. Cukup besarnya permintaan komoditas tembakau bersebrangan dengan kondisi iklim al
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan
TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Nasib petani tembakau di wilayah Lumajang tahun ini diombang-ambing. Cukup besarnya permintaan komoditas tembakau bersebrangan dengan kondisi iklim alam.
Musim hujan yang tidak menentu membuat petani ketar-ketir. Pasalnya, tanaman yang mempunyai nama latin nicotina tabacum itu tidak bisa tumbuh di lahan basah.
Kondisi itu dikeluhkan Solikin 52, petani tembakau asal Desa Kaliwungu, Kecamatan Tempeh. Biasanya ketika memasuki musim tanam, lahan petani tinggal menunggu pembibitan, tapi kali ini terbalik. Sekarang giliran bibit tembaku yang menunggu lahan.
"Karena lahannya basah. Ini saja baru tanam sekitar 20 harian," ujarnya.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lumajang Dwi Wahyono mengatakan, musim ini ada dua perusahaan besar yang menggantungkan kebutuhan bahan baku pembuatan rokok pada petani Lumajang.
Baca juga: Petani Tembakau di Sampang Resah, Keluhkan Tanaman Mulai Layu Akibat Cuaca Tak Menentu
Perusahaan pertama yakni PT Indonesia Dwi Sembilan (IDS) dan PT Alliance One Indonesia (AOI) juga kembali mengajak bekerjasama.
Kurang lebih keduanya menanami lahan petani dengan tembakau seluas 500 hektare. Namun, karena kemarau basah terjadi, sampai saat ini baru 10 persen petani yang melakukan penanaman tembakau.
“Pembibitan seharusnya sudah seratus persen. Karena target paska panen maksimal berakhir bulan Desember. Tetapi petani belum bisa tanam karena terkendala hujan,"
"Kalau masih sering hujan, lahannya basah dan tidak bisa diolah. Kalau hitung-hitungan masa tanam, bulan Juni ini harusnya sudah 60 persen petani melakukan penanaman tembakau. Nah sekarang masih 10 persen,” katanya.
Menurutnya, tidak banyak petani yang berani memaksakan untuk melakukan penanaman. Karena risikonya cukup besar.
Kuantitas produksi daun memang tidak mengalami pengurangan, tetapi kualitas daun dapat mengalami penurunan. Hal itu akan mengurangi harga jual tembakau ketika panen.
Baca juga: Ratapi Omzet Jualan Anjlok, Pedagang Daging di Lumajang Hanya Bisa Merenung: 3 Minggu Sepi Pembeli
"PT IDS sekarang memakai lahan 300 hektare milik petani yang bermitra. Ini mereka meminta rajangan kasturi. Sedangkan untuk PT AOI baru 160 hektare, mereka butuh untuk tanam tembakau white burley. Karena harga ditentukan saat menjelang panen, mereka khawatir merugi kalau kualitasnya makin menurun," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Lumajang Hairil Diani mengatakan, target hasil panen tembakau petani yang diminta dua perusahaan tersebut mencapai 850 ton tahun ini.
"Kalau PT IDS itu biasanya butuh tembakau kasturi rajangan. Sedangkan PT AOI itu butuh tembakau white burley,” pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com