Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Batu

Muncul Isu Kecurangan PPDB SMP di Kota Batu, Wali Murid Sebut Anaknya Stres Terdepak dan Tak Lolos

Muncul isu kecurangan PPDB SMP di Kota Batu, wali murid sebut anaknya stres terdepak dan tak lolos, ia juga mempertanyakan soal surat domisili.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Benni Indo
Muncul isu kecurangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Batu, Senin (27/6/2022). Begini tanggapan pihak SMPN 1 Kota Batu. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

TRIBUNJATIM.COM, KOTA BATU - Muncul isu kecurangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Batu.

Di balik indikasi kecurangan ini, sejumlah petugas di tingkat SMP hingga Dinas Pendidikan disebut-sebut terlibat di dalamnya.

Bukti yang diterima Tribun Jatim Network menunjukan, ada siswa yang namanya sempat terlempar dari kuota namun kemudian bisa masuk kembali. Keterangan jarak rumahnya juga berubah. Tidak hanya satu siswa saja, ada beberapa nama siswa yang seperti itu.

Seorang calon siswa SMPN 1 Kota Batu, menjauh dari keluarganya setelah mengetahui ia tidak lolos sistem zonasi. Ia mengasingkan diri ke rumah neneknya. Calon siswa SMPN 1 Kota Batu ini stres karena mendengar kabar ia terdepak dari jumlah kuota.

Ayahnya yang bercerita kepada Tribun Jatim Network menyatakan, putranya masuk dalam empat besar kelulusan sekolah dasar. Rumahnya berada di kawasan Kelurahan Ngaglik. Dengan status jarak rumah yang dekat serta nilai kelulusan yang baik, orangtua wali murid cukup percaya diri anaknya lolos sebagai siswa SMPN 1 Kota Batu.

"Namun ternyata, anak saya tidak lolos ketika di hari kedua pendaftaran. Anehnya, anak saya tergantikan oleh anak lain yang baru saja mengurus surat domisili," ujar sang ayah, Senin (27/6/2022).

Ia mengetahui aturan bahwa surat domisili minimal harus setahun. Nyatanya, yang terjadi di lapangan, surat domisili dibuat dengan cepat, bahkan anak yang tercantum di dalamnya, tidak tinggal lebih dari setahun.

Sebuah kenyataan yang sulit diterima oleh orangtua wali. Sekolah yang diidam-idamkan oleh anaknya, telah lepas dari genggaman. Putranya pun menyendiri, pergi ke rumah neneknya dan tak bicara kepada orangtuanya. Tekanan psikologis yang cukup berat bagi orangtua dan khususnya sang anak.

"Rencananya saya jemput. Sudah sejak Rabu berada di rumah neneknya. Dia langsung ke rumah neneknya setelah mendapat jabar tidak lolos. Saya ingin beri semangat ke dia, bahwa sekolah di swasta juga bisa sukses," paparnya.

Warga asli Kelurahan Ngaglik ini mengaku sangat kecewa dengan pelayanan pendidikan yang dinilainya tidak jujur. Dampak buruknya pelayanan yang tidak jujur itu sangat besar terhadap anaknya. 

Sang ayah juga meyakini, tidak hanya anaknya saja yang merasakan hal seperti itu. Masih banyak anak lainnya di luar sana mengalami depresi serupa.

Ia berharap, kondisi seperti ini tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya. Menurutnya, kejujuran adalah nilai tertinggi yang tidak bisa ditawar lagi di dunia pendidikan. 

Dia mengatakan, dunia pendidikan adalah masa depan anak. Jangan sampai anak menjadi korban karena orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak jujur.

"Anak saya tahu sendiri. Ia juga bertanya, kenapa ia tidak lulus, sedangkan anak yang lain lulus? Padahal, anak yang lulus itu tidak masuk kriteria. Saya bisa legowo meski anak saya tidak masuk, namun dengan cara yang adil. Kalau caranya seperti ini, mengecewakan," ujarnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved