Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Cegah Stunting, Pemkot Surabaya Sosialisasi soal Perkawinan: Calon Pengantin Normal Minimal 22 Tahun

Pemkot Surabaya melakukan berbagai cara untuk mencegah bayi stunting. Apa saja upaya dari Pemkot Surabaya tersebut?

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Bobby Constantine Koloway
Ketua TP PKK Surabaya, Rini Indriyani Eri Cahyadi saat memberikan penjelasan kepada jurnalis di Surabaya. 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine Koloway

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berbagai cara dilakukan Pemkot Surabaya untuk mencegah bayi stunting. Bukan hanya sosialisasi kepada para orang tua, pemkot juga memberikan pembelajaran kepada para calon pengantin.

Untuk melakukan hal ini, Pemkot berkolaborasi dengan TP PKK hingga kantor Kementerian Agama Surabaya. Para calon pengantin akan mendapatkan sosialisasi soal kesehatan suami dan istri, peranan orang tua, hingga pemenuhan gizi pada anak.

Ketua TP PKK Surabaya, Rini Indriyani Eri Cahyadi menjelaskan, sering para calon pengantin dari usia muda tak memikirkan startegi pemenuhan gizi pada anak nantinya. Padahal, hal ini harus dilakukan sejak sang ibu mengandung.

"Calon pengantin kalau secara normal, minimal usia 22 tahun. Ini sifatnya umum. Namun, ada juga yang relatif muda. Bahkan, ada yang usia dini dan tidak berpikir panjang (kepada calon anak)," kata Rini di Surabaya.

"Di sini kami memberikan edukasi. Apalagi anak-anak SMA agar hati-hati. Bahwa pernikahan itu panjang. Tidak sekadar selesai di acara resepsi (pernikahan) saja," katanya.

Baca juga: Turunkan Angka Stunting, Pemkab Nganjuk Jalankan Program Serbanusa, Cetak SDM Unggul dan Berkualitas

Pemahaman terhadap kesehatan suami dan istri diberikan. Juga, soal antisipasi terhadap penyakit menular atau kelainan gen akibat perkawinan hingga bayi stunting.

"Soal kesehatan ibu dan ayah itu penting. Sehingga ada pemeriksaan secara fisik. Ini untuk antisipasi kelainan gen penyakit, atau gangguan lainnya," katanya

"Harapannya, ini bisa mencegah gangguan pada anak ke depannya. Termasuk stunting," kata istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini.

Untuk diketahui, angka stunting di Surabaya masih cukup tinggi. Awal tahun ini, angka stunting mencapai 1.626 anak (turun dari yang awalnya mencapai 5.727 anak stunting).

Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, pihaknya juga melibatkan tenaga kesehatan. "Ini komplek. Ini kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Kami libatkan kedokteran. Sehingga nantinya, anak yang didapatkan bibit unggul," kata Ketua Bunda PAUD Surabaya ini.

Satu di antara forum pendidikan calon pengantin tersebut akan dilakukan dalam Gebyar Hari Anak Nasional yang digelar Pemkot Surabaya, Rabu (27/7/2022). Bertema Serba Serbi Edukasi Calon Pengantin, acara ini akan berlangsung di Balai Pemuda Surabaya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), Tomi Ardiyanto telah bekerjasama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Surabaya serta Kantor Urusan Agama (KUA) di setiap kecamatan. Caranya, yaitu menggelar kelas bagi Calon Pengantin (Catin) sebelum melaksanakan pernikahan.

"Calon mempelai pria dan perempuan itu nanti kita berikan edukasi bagaimana cara membentuk suatu keluarga," kata Tomi dikonfirmasi terpisah.

Tak hanya soal kesehatan, hal ini juga dilakukan untuk menekan terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada pasangan pengantin. Juga, menekan angka perceraian.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved