Santri Gontor Tewas Dianiaya
Polisi Bentuk Tim Usut Kasus Meninggalnya Santri di Ponorogo: Pihak Pondok Gontor Kooperatif
Polisi membentuk tim untuk mengusut kasus meninggalnya santri di Ponorogo: Pihak Pondok Gontor kooperatif dan akan membuka semuanya.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dwi Prastika
Menurutnya, karena mendengar berita itu, ia bersama sang suami kaget dan tidak bisa berpikir apa-apa. Ia berharap kedatangan ananda ke Palembang meskipun hanya tinggal jasad.
"Di hadapan pelayat yang memenuhi rumah, disampaikan kronologi bahwa anak saya terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum)," katanya.
Apalagi, anaknya dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa ia terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi jasad anaknya.
Tetapi karena banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya, bahwa kronologi tidak demikian.
"Untuk itu kami pihak keluarga meminta agar jasad dibuka. Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi jasad anak saya demikian begitu juga dengan keluarga," kata Soimah.
Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima.
Sehingga merasa tidak sesuai, akhirnya ia menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit yang sudah siap melakukan autopsi.
"Namun, setelah didesak pihak dari yang mengantar jenazah akhirnya mengakui bahwa anak saya meninggal akibat terjadi kekerasan. Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia," ujarnya.
Setelah ada pengakuan telah terjadi tindak kekerasan di dalam pondok, ia memutuskan untuk tidak jadi melakukan autopsi agar jenazah anaknya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan.
"Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum pada saat itu didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama kiai, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja ingin tahu kronologi hingga meninggalnya anak kami," jelasnya.
Namun, sampai Rabu, 31 Agustus 2022 belum ada kabar atau balasan dari surat terbuka tersebut. Soimah tidak ingin perjuangan anaknya sia-sia.
Ia juga berharap, jangan lagi ada korban-korban kekerasan, bukan hanya dialami di tempat anaknya tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa melayang, tidak sebanding dengan harapan para orang tua dan wali santri untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya.
Sementara itu, Hotman Paris menyarankan Soimah harus melakukan laporan BAP ke pihak berwajib di Jawa Timur di mana lokasi anaknya meninggal.
"Nanti akan saya bantu, tapi ajukan dulu laporannya," kata Hotman Paris secara singkat.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Kumpulan berita seputar Ponorogo