Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Santri Gontor Tewas Dianiaya

Polisi Bentuk Tim Usut Kasus Meninggalnya Santri di Ponorogo: Pihak Pondok Gontor Kooperatif

Polisi membentuk tim untuk mengusut kasus meninggalnya santri di Ponorogo: Pihak Pondok Gontor kooperatif dan akan membuka semuanya.

Tangkapan Layar akun Instagram @hotmanparisofficial
Seorang wanita bernama Soimah mengaku pada Hotman Paris bahwa anaknya yang merupakan santri di pondok pesantren di Ponorogo, Jawa Timur, diduga meninggal karena kekerasan. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Tindaklanjuti kasus dugaan penganiayaan hingga menyebabkan seorang santri meninggal, Polres Ponorogo telah melakukan pertemuan dengan pihak Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).

Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan, pertemuan tersebut dilakukan pada Minggu (4/9/2022) malam .

Dari pertemuan tersebut, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan, pihak Pondok Gontor sangat kooperatif kepada kepolisian.

"Tadi malam kita laksanakan pertemuan dan pihak Gontor kooperatif dan akan membuka semuanya," kata AKBP Catur Cahyono Wibowo, Senin (5/9/2022).

Hingga kini, AKBP Catur Cahyono Wibowo belum bisa menjelaskan dugaan ataupun kronologi meninggalnya santri kelas 5i Pondok Gontor 1 berinisial AM.

"Dugaan awal masih proses lidik, progres akan kita sampaikan," lanjutnya.

Baca juga: Soal Santri Asal Palembang yang Meninggal, Ponpes Gontor Beri Klarifikasi, Akui Ada Penganiayaan

Polisi juga telah mengumpulkan sejumlah keterangan dari pihak pondok dalam proses penyelidikan kasus meninggalnya santri asal Palembang tersebut.

"Untuk kejadian ini sejak dari awal memang tidak ada pelaporan sama sekali baik ke Polres maupun Polsek," jelas AKBP Catur Cahyono Wibowo .

Namun begitu, AKBP Catur Cahyono Wibowo memastikan telah membuat tim untuk mengusut tuntas dugaan kasus tersebut, mulai dari tim lidik, sidik, hingga autopsi.

Seperti diketahui, viral video seorang ibu bernama Soimah mengadu ke Hotman Paris bahwa anaknya meninggal saat belajar di Pondok Gontor 1, Ponorogo.

Dengan berurai air mata, ibu tersebut menceritakan anaknya, AM yang dikembalikan pihak pesantren dalam keadaan sudah meninggal dunia dibungkus kain kafan.

"Saya Umi dari AM siswa kelas 5i Pondok di Ponorogo asal Palembang mohon keadilan agar bisa membantu saya," kata Soimah.

Baca juga: Soal Kasus Santri Ponpes Gontor yang Meninggal, 9 Saksi Diperiksa, Ada Dokter hingga Pengasuh

Soimah mengaku tidak mendapatkan kabar bahwa anaknya sakit, bagai tersambar petir di siang bolong, ia tiba-tiba mendapatkan kabar dari pengasuh pondok bahwa anaknya telah meninggal dunia pada Senin, 22 Agustus 2022 pukul 10.20 WIB.

"Padahal di surat keterangan yang saya terima putra saya itu meninggal pada pukul 06.45 WIB, ada apa, rentang waktu itu menjadi pertanyaan keluarga kami," ungkapnya.

Menurutnya, karena mendengar berita itu, ia bersama sang suami kaget dan tidak bisa berpikir apa-apa. Ia berharap kedatangan ananda ke Palembang meskipun hanya tinggal jasad.

"Di hadapan pelayat yang memenuhi rumah, disampaikan kronologi bahwa anak saya terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum)," katanya.

Apalagi, anaknya dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa ia terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi jasad anaknya. 

Tetapi karena banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya, bahwa kronologi tidak demikian.

"Untuk itu kami pihak keluarga meminta agar jasad dibuka. Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi jasad anak saya demikian begitu juga dengan keluarga," kata Soimah.

Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima.

Sehingga merasa tidak sesuai, akhirnya ia menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit yang sudah siap melakukan autopsi. 

"Namun, setelah didesak pihak dari yang mengantar jenazah akhirnya mengakui bahwa anak saya meninggal akibat terjadi kekerasan. Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia," ujarnya.

Setelah ada pengakuan telah terjadi tindak kekerasan di dalam pondok, ia memutuskan untuk tidak jadi melakukan autopsi agar jenazah anaknya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan.

"Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum pada saat itu didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama kiai, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja ingin tahu kronologi hingga meninggalnya anak kami," jelasnya.

Namun, sampai Rabu, 31 Agustus 2022 belum ada kabar atau balasan dari surat terbuka tersebut. Soimah tidak ingin perjuangan anaknya sia-sia.

Ia juga berharap, jangan lagi ada korban-korban kekerasan, bukan hanya dialami di tempat anaknya tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa melayang, tidak sebanding dengan harapan para orang tua dan wali santri untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya. 

Sementara itu, Hotman Paris menyarankan Soimah harus melakukan laporan BAP ke pihak berwajib di Jawa Timur di mana lokasi anaknya meninggal.

"Nanti akan saya bantu, tapi ajukan dulu laporannya," kata Hotman Paris secara singkat.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Kumpulan berita seputar Ponorogo

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved