Kilas Balik
Nasib Teman Kos Soekarno, Ditembak Mati di Toilet, Terlibat Pemberontakan PKI Madiun, Mayat Dibakar
Tak hanya G30S PKI di Jakarta pada tahun 1965, konflik PKI juga pernah pecah di Madiun pada tahun 1948 yang dipimpin oleh tokoh PKI Muso
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Tak hanya G30S/ PKI di Jakarta pada tahun 1965, konflik PKI juga pernah pecah di Madiun pada tahun 1948 yang dipimpin oleh tokoh PKI (Partai Komunis Indonesia) Muso.
Satu di antara bukti sejarah adanya konflik tersebut adalah Monumen Kresek yang berdiri di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
Semua bermula dari kepulangan Muso dari Uni Soviet pada bulan Agustus 1948.
"Di Uni Soviet Muso belajar revolusi, ia pulang ke Indonesia menggunakan pesawat dan mendarat di Tulungagung," kata pengamat sejarah, Ketua Historia van Madioen, Septian Dwita Kharisma, Jumat (30/9/2022).
Muso langsung bertolak menuju ibukota negara, Yogyakarta. Ia bertemu dengan petinggi negara termasuk Presiden Soekarno yang tak lain teman se-kosan, saat sama-sama menjadi murid HOS Cokroaminoto di Peneleh, Surabaya.
"Sesampainya di Indonesia, Muso mengkonsolidasi kekuatan kiri dan perlahan ingin membangkitkan kembali PKI," lanjutnya.
Saat itu, Muso melihat ada partai politik 'sayap kiri' yang lebih besar dibandingkan PKI yaitu Partai Sosialis di bawah naungan Amir Syarifuddin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Penerangan, lalu mendapatkan kepercayaan menjadi Menteri Pertahanan sekaligus Perdana Menteri.
Soekarno melengserkan Amir Syarifuddin dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan dan Perdana Menteri pada Januari 1948 dan digantikan Mohammad Hatta.
Baca juga: Tokoh Sentral dan Gerakannya Sebelum Muso Datang Memimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948
"Pada bulan Februari 1948, Amir Syarifuddin membuat Front Demokrasi Rakyat (FDR) di Surakarta yang merupakan koalisi Partai Buruh Indonesia, Partai Sosialis, dan PKI," lanjutnya.
Saat itu FDR tidak mendapatkan jabatan apapun di kabinet. FDR menolak tawaran jabatan menteri tenaga kerja namun ditolak karena dirasa tidak strategis.
"Kaum kiri mulai melakukan oposisi di luar parlemen, ini yang menjadi awal mula konflik," kata Septian.
Muso yang melihat kelompok kiri tidak mendapatkan kedudukan di kabinet perlahan-lahan mulai mengambil alih komando kelompok kiri.
"Muso juga bilang di kongres bahwa apa yang dilakukan Amir Syarifuddin adalah kesalahan yang fatal," jelasnya.
Setelah itu Muso memaksa Amir Syarifuddin membubarkan FDR dan menawarkan untuk melebur ke PKI.