Kasus Pembunuhan Brigadir J
Cerita Brigjen Benny Ali: Putri Histeris setelah Brigadir J Raba Paha, Dicekik, Dipaksa Buka Kancing
Putri Candrawathi pernah menceritakan insiden pelecehan seksual yang dialaminya kepada Eks Karo Provos Divisi Propam Mabes Polri Brigjen Benny Ali.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi
Dalam kasus ini, pihak kepolisian telah menyatakan bahwa tidak memiliki bukti yang cukup mengenai dugaan pelecehan seksual terhadap Putri oleh Brigadir J di Duren Tiga.
Dengan kata lain, cerita itu diduga merupakan rekayasa buatan Putri.
Baca juga: Pengacara Brigadir J Pegang Kartu As Ferdy Sambo, Ancam Buka Jika Suami Putri Bandel, Rekayasa
Sementara itu, Ferdy Sambo melalui pengacaranya meminta jaksa untuk melengkapi berkas dakwaan kliennya antara lain hasil ahli psikolog forensik, hasil lie detector, hasil uji balistik, dan keterangan ahli ahli.
Ia berharap kekurangan berkas dakwaan kliennya dilengkapi sebelum persidangan.
“Hal ini sangat menentukan untuk mewujudkan apakah persidangan dapat dilakukan secara objektif atau tidak ke depan,” ujar Arman Hanis, Rabu (12/10/2022).
“Tim kuasa hukum berharap selain pembuktian fakta-fakta di persidangan kepatuhan pelaksanaan hukum acara yang berlaku sangat penting agar harapan kita semua bahwa persidangan dapat terwujud secara fair trial (hak atas peradilan yang adil).”

Febri juga mengungkapkan soal Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi yang mengaku telah membuat kekeliruan pasca tewas Brigadir J.
Kekeliruan itu adalah membuat skenario palsu tewasnya Brigadir J.
Ferdy Sambo membuat skenario palsu karena Bharada E salah menjalankan perintah hajar menjadi tembak Brigadir J.
“Perintah FS saat itu yang dari berkas yang kami dapatkan, hajar chard, namun yang terjadi penembakkan saat itu,” ungkap Febri.
Baca juga: Kebucinan Ferdy Sambo ke Putri Kini Dipertontonkan, Kuak Kejadian Menyesakkan, Kamaruddin: Tak Tulus
Ferdy Sambo panik lalu mengambil senjata milik Brigadir J dan menembakan ke dinding.
“Tujuan pada saat itu adalah menyelamatkan RE yang diduga melakukan penembakan sebelumnya dan juga tujuannya pada saat itu adalah seolah-olah memang terjadi tembak menembak,” kata Febri.
“Dan kita tahu itu adalah salah satu fakta dalam fase kedua yang bisa kita sebut sebagai skenario atau fase kebohongan tersebut.” katanya.