Berita Blitar
Toko di Blitar Diacak-acak Maling, Masuk Jebol Tembok, Gasak Rokok hingga Tabung 5 Kilogram
Pencurian dengan cara melubangi tembok atau jaman dulu disebut menggangsir masih terjadi di Kabupaten Blitar.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Ndaru Wijayanto
"Juga di dekat pasar itu, banyak perkantoran, yang selalu dijaga 24 jam," ujar warga.
Malah, informasinya malam sebelum kejadian itu korban sempat kembali ke tokonya, karena mengambil jaketnya. Itu karena korban mengikuti acara Yasin dan Tahlil yang berlangsung di rumah warga, yang dekat tokonya.
Namun, sebelum pulang, korban kembali ke tokonya, untuk mengambil jaketnya, lalu pulang. Saat itu belum ada apa-apa atau belum terjadi pencurian.
Baru Jumat pagi, saat datang ke tokonya, lalu membukanya, korban dibuat kaget karena isi tokonya sudah ludes.
Begitu melihat kursi plastik berpindah tempat, dan ada lubang besar di tembok belakang tokonya, korban baru sadar kalau ada tamu tak diundang masuk ke dalam tokonya.
Kursi plastik itu pakai memanjat ke lubang tembok. Sebab, posisinya kalau dari dalam, lubang itu setinggi satu meter lebih, namun kalau dari luar tokonya, hanya beberapa centimeter dari tanah. Sebab, di belakang toko itu, posisi tanahnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di dalam toko.
Di belakang toko itu, berupa tegalan, yang sepi, yang memisahkan antara toko korban dengan deretan rumah warga.
Karena berupa tegalan yang sepi itu, sehingga memudahan korban, untuk melubangi tembok, yang dipakai masuk ke dalam toko itu.
Jarak rumah warga dengan belakang toko korban sekitar 10 meter, sehingga suara orang melubangi tembok, tak akan terdengar meski malam hari.
Ditambah, lalu-lalang kendaraan yang melaju di depan toko---jalan raya Malang-Blitar--tak pernah sepi meski dini hari, sehingga memudahkan aksi pelaku meski melubangi tembok dengan linggis.
"Tak hanya siang hari, malam hari bahkan hingga pagi pun, jalannya selalu ramai," ujar warga.