Berita Surabaya
Mengetahui Teknik CPR untuk Pertolongan Pertama Henti Napas di Tengah Kerumunan Menurut Dokter
Inilah cara CPR sebagai pertolongan pertama henti napas di tengah keadaan darurat menurut dosen fakultas kedokteran Ubaya.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Arie Noer Rachmawati
Selanjutnya, segera melakukan pengecekan respons terhadap orang yang ditolong.
Hal pertama yang dicek adalah jalan napas dan napas korban.
Caranya adalah mengangkat dagu pasien lalu rasakan dan dengarkan hembusan napas yang keluar dari hidung atau mulutnya.
“Adanya hembusan napas juga dapat terlihat dari dada atau perut pasien yang terangkat. Bila tidak ada hembusan napas dalam 5-10 detik, maka perlu segera mencari bantuan medis,” lanjutnya.
Selagi menunggu tenaga medis datang, penolong harus segera melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR).
CPR dapat membantu memperbesar peluang keselamatan pasien.
CPR dilakukan dengan tahapan, yaitu meletakkan pangkal telapak tangan dominan bagian bawah di tengah dada lalu kunci dengan jemari tangan lainnya.
"Secara spesifik, untuk pria letaknya di pertemuan garis yang menghubungkan puting susu dengan tengah dada. Sedangkan untuk wanita, ditarik garis lurus dari pangkal ketiak ke tengah dada," urainya.
Baca juga: Ternyata Pembacok Orang saat Berpapasan di Surabaya Sering Bawa Celurit, Akui Banyak Musuh
Memberikan pijat jantung sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali per menit (atau sekitar 3-4 tekanan setiap 2 detik).
Tangan harus lurus dengan bahu dan sejajar dengan tangan.
Ketika melakukan kompresi, badan harus condong ke pasien dan gerakannya dari panggul untuk mengurangi rasa lelah.
"Lanjut dengan memberikan napas buatan dengan cara menjepit hidung pasien lalu meniupkan udara dari mulut sebanyak dua kali. Teknik dikatakan tepat apabila dada pasien terangkat saat diberikan napas buatan,"tegasnya.
Ulangi kembali pemberian CPR dengan perbandingan 30 pijat jantung banding 2 napas buatan.
Dokter spesialis anastesi itu mengatakan kesalahan yang sering terjadi adalah kecepatan pijat jantung yang terburu-buru, sehingga melebihi dari yang dibutuhkan.
Kemudian, ada penolong yang enggan untuk memberikan bantuan napas dari mulut ke mulut.