Berita Surabaya
DPRD Surabaya Beri Masukan Rencana Kenaikan Tarif PDAM
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A Hermas Thony menyikapi rencana kenaikan tarif Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Nuraini Faiq
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A Hermas Thony menyikapi rencana kenaikan tarif Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya.
Jajaran direksi PDAM Surya Sembada Surabaya akan memberlakukan tarif baru pada Januari 2023 mendatang.
Selain harus mengedepankan peningkatan layanan dengan kualitas air jernih, jangan sampai air ithir-ithir (mengucur pelan) sampai di pelanggan.
Bahkan lebih dari itu, saatnya PDAM Surabaya sudah harus kembali ke 'khittah' sebagai perusahaan air minum, bukan perusahaan air mandi.
"Begitu mendengar berita kenaikan tarif PDAM, saya terusik. Apalagi salah satu alasannya untuk merehabilitasi instalasi pipa. Masih banyak pipa zaman Belanda," reaksi Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony saat berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air PDAM Surya Sembada di Ngagel, Selasa (29/11/2022).
Perusahan daerah dengan pelanggan mencapai 608.000 ini mulai Januari 2023 akan memberlakukan tarif baru.
Sudah sejak 15 tahun lalu, tarif PDAM belum ada penyesuaian.
Baca juga: Guru Besar ITS Ungkap Alasan Tarif PDAM Surabaya Harus Naik: Bukan Menjual Air ke Pelanggan
Rencananya, Januari 2023 mendatang, tarif baru itu akan diberlakukan dengan mengklasifikasikan kelas pelanggan.
Kelas menengah ke bawah atau kelompok 1 berhak atas subsidi hingga penggratisan. Sementara kelompok 2 untuk kalangan menengah ke atas, industri, dan komersil, akan berlaku tarif tanpa subsidi.
Namun, rencana ini mendapat tanggapan pimpinan DPRD Surabaya.
AH Thony memahami bahwa sudah saatnya diberlakukan penyesuaian tarif.
Namun wacana yang muncul, menurutnya, pelanggan menjadi pihak yang ikut menanggung beban perusahaan.
Instalasi pipa yang sudah saatnya peremajaan karena penuh kerak dan endapan hingga pipa era Belanda seakan-akan dibebankan kepada pelanggan.
"Seolah-olah ada keinginan merehabilitasi jaringan pipa, tapi dibebankan kepada pelanggan. Pemikiran yang seperti ini jangan sampai berkembang di masyarakat. Artinya, kenaikan tarif memang sudah melalui kajian mendalam dan perhitungan yang tepat," kata pimpinan Dewan ini.
Namun politisi Gerindra ini lebih mendorong agar PDAM meningkatkan performa layanan dan peningkatan kinerja. Dengan menunjukkan kepada pelanggan bahwa air yang sampai ke rumah adalah air laik pakai. Untuk saat ini tidak perlu sampai pada kualitas air minum. Tapi cukup sebagai air bersih dan mengucurnya lancar.
Begitu kepuasan layanan dan kualitas produk PDAM ini dirasakan pelanggan, berapa pun ada kenaikan tarif akan diterima pelanggan.
"Mari saling menguatkan. PDAM harus menunjukkan hasil layanan dan produk terbaik untuk masyarakat," kata AH Thony yang seorang dosen.
Pipo Londo Sudah Usai
AH Thony menyebut bahwa wacana soal jaringan pipa zaman Belanda (pipo Londo) yang masih tertanam di benak mestinya sudah usai.
Sebab rehabilitasi pipa-pipa ini sudah dilakukan. Termasuk sudah membongkar jaringan pipo Londo tersebut.
Politisi Gerindra ini menyampaikan bahwa setelah perusahaan air Belanda beralih menjadi BUMD PDAM pada 1976, pada 1980-an sudah ada penggantian massal pipo Londo.
Dibongkar dan diganti untuk tujuan peningkatan debit air hingga sampai pada kapasitas 1.600 liter/detik.
Logikanya, pipo-pipo Londo produk tahun 1922 itu sudah diganti.
"Menurut logika saya, pipo Londo itu sudah diganti. Lha saat ini diwacanakan lagi. Apakah masih ada lagi pipo Londo," kata Thony saat di PDAM.
Direktur Operasional PDAM Surya Sembada Surabaya Nanang Widyatmoko menyampaikan bahwa jaringan pipo Londo itu masih ditemukan. PDAM mendapati pipa yang tertulis pada instalasi pipa di Bambu Runcing tertera tahun pembuatan itu.
"Artinya, memang masih ada pipa Londo itu. Seberapa banyak, kami masih telusuri terus. Namun rehabilitasi tidak hanya pipa ini. Jaringan pipa kami yang sudah di atas 50 tahun akan direhabilitasi. Jaringan pipa kecil harus diremajakan juga karena berkerak," kata Nanang.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com