Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terkinii

Puan Bicara Sikap Megawati Soekarnoputri Terkait Capres 2024, Pengamat Sebut Sinyal Menyerah

Jelang tahun 2024, suasana perpolitikan Indonesia semakin memanas. Satu di antara partai yang sering menjadi pembahasan adalah PDI Perjuangan

Editor: Januar
Istimewa/ Humas DPR RI/ via kompas.com
Puan Maharani bicara soal sikap Megawati terkait Pilpres 2024 

TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA - Jelang tahun 2024, suasana perpolitikan Indonesia semakin memanas.

Satu di antara partai yang sering menjadi pembahasan adalah PDI Perjuangan.

Terutama terkait capres yang akan mereka usung dalam Pilpres 2024 mendatang.

Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, pernyataan Ketua DPR Puan Maharani soal tidak mesti dia yang menjadi calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan (PDI-P) mengindikasikan sikap tertentu.

Dia menilai, pernyataan Puan menegaskan jika pada 2022-2023 tidak terjadi pertumbuhan elektoral maka harus menyerah tanpa syarat.

"Artinya mempersilahkan kader lain yang punya potensi menang untuk maju sebagai calon presiden (capres) dari PDI-P," ujar Pangi saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (14/1/2023).

Sementara itu, lanjut Pangi, di kalangan pemilih PDI-P terjadi split ticket voting terhadap Puan Maharani.

Yang mana pemilih partai besutan Megawati Soekarnoputri itu cenderung secara signifikan memilih Ganjar Pranowo.

Namun, menurut Pangi, sebelum nama capres keluar dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, Puan akan terus berusaha menaikkan elektabilitas.

"Puan akan kembali memompa elektoralnya, karena PDI Perjuangan itu tidak boleh hanya satu tokoh yang menonjol, tapi harus punya banyak kader yang menonjol baik secara kompetensi maupun secara elektabilitas," jelasnya.

Pangi melanjutkan, saat ini Puan Maharani sadar jika dirinya belum mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia.

Sebab, jabatan sebagai Ketua DPR dan pernah menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia belum punya korelasi linear terhadap elektabilitas.

Menurut Pangi, yang mesti dipahami adalah seorang tokoh memiliki chemistry politik yang berbeda-beda.

Misalnya, ada tokoh yang cocok sebagai anggota legislatif, ada yang kemampuannya di eksekutif dan sebagainya.

Di sisi lain, meskipun sudah menjadi seorang tokoh tetapi ada pula individu yang tidak punya positioning sebagai calo presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved