Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nasib Siswa SMK Bunuh Teman karena Sering Diejek Bau Badan, Ayah Korban Tak Terima: Pergaulan Bagus

Terkuak nasib siswa SMK yang tusuk temannya hingga tewas di Palembang. Ayah korban tak terima tudingan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
Dok Polsek Kertapati
Sosok siswa SMK di Palembang yang tusuk teman hingga tewas karena diejek bau badan. 

TRIBUNJATIM.COM - Terkuak nasib siswa SMK yang tusuk temannya hingga tewas di Palembang.

Motif siswa SMK itu adalah sakit hati lantaran sering diejek bau badan.

Ia sempat berniat kabur setelah membunuh temannya.

Namun aksinya digagalkan polisi.

Peristiwa miris ini terjadi di Kota Palembang, Sumatra Selatan.

Pelaku diketahui berinisial DM, sementara korbannya adalah ENP yang sama-sama duduk di kelas 11.

Adapun motif pelaku tidak terima karena sering di-bully bau badan oleh korban.

Kasus ini berawal saat pelaku dan korban masuk sekolah sebagaimana biasanya pada Rabu (8/2/2023).

Baca juga: Drama Siswa SD di Tuban Viral Terjepit Tembok Pagar Sekolah, Nangis Histeris Takut Tak Bisa Keluar

Semua berjalan normal hingga waktu mendekati salat Zuhur.

Tiba-tiba terjadi keributan antara pelaku dan korban di dalam kelas.

Pelaku kemudian mengeluarkan pisau yang dibawanya dari rumah lalu menikamkan ke arah tubuh korban.

Akibatnya darah mengucur dari dada dan punggung korban.

Keributan yang terjadi mengundang guru dan siswa lainnya untuk berkerumun.

Baca juga: Asyik Ngopi di Warung, 17 Siswa Ponorogo Kena Razia Satpol PP dan Polisi, Mau Kabur Sudah Terkepung

Korban selanjutnya dilarikan Rumah Sakit Bari Palembang oleh pihak sekolah guna mendapatkan pertolongan.

Nahas, takdir berkata lain, korban meninggal dunia akibat luka parah.

Sementara pelaku kabur dari lokasi kejadian setelah melakukan aksinya.

Namun, DM berhasil ditangkap polisi dari jajaran Polsek Kertapati, Polrestabes Palembang pada Rabu sore sekira pukul 16.30 WIB.

Pelaku diketahui hendak kabur keluar daerah.

"Pelaku hendak kabur ke Lubuklinggau. Usai kejadian di sekolah, dia pergi ke Talang Jambe kemudian memesan tiket untuk berangkat ke Lubuklinggau," ujar Kapolsek Kertapati, AKP Alfredo Hidayat.

AKP Alfredo Hidayat melanjutkan, pihaknya sempat menginterogasi pelaku terkait motif penikaman terhadap ENP.

DM mengaku tak terima dengan perlakukan korban terhadap dirinya.

Korban disebutkan sering mem-bully dan memalak pelaku.

"Kami telah menghimpun keterangan teman-teman pelaku dan korban," ujarnya.

"Ternyata pelaku ini sering di-bully bau badan dan disuruh beli deodoran oleh korban," imbuh Alfredo.

Alfredo menambahkan, DM sudah diserahkan ke Unit PPA Satreskrim Polrestabes Palembang untuk mendalaman lebih lanjut.

Baca juga: Sakit Hati Dibully, Siswa Tusuk Pria Tidur di Kursi Angkringan, Pelaku Dikejar Malah Ganti Menembak

Sementara itu, ayah korban, Suroso (71) membantah pernyataan pelaku soal kepribadian korban.

Suroso tidak terima anaknya disebut pemalak karena dalam keseharian, korban dikenal anak yang baik.

"Yang katanya anak saya malak pelaku 3 bulan itu tidak benar, baik dia itu termasuk pendiam. Pergaulannya bagus," ujarnya.

Selain pandai bergaul, kata Suroso, korban juga aktif dalam kegiatan sekolah seperti pramuka.

Atas kepergian anaknya, Suroso dan keluarganya merasakan duka yang mendalam.

Baca juga: Ada Luka Tusuk di Tubuh, Jenazah Perempuan Terduga Korban Pembunuhan di Tulungagung Dikenal Tertutup

Di sisi lain, pengamat Hukum Pidana Dr Azwar Agus MH mengaku turut prihatin dengan kejadian ini.

Ketua PERADI Sumsel (Perhimpunan Advokat Indonesia Sumatera Selatan) itu mengatakan, semua pihak harus mawas diri dan instrospeksi diri, karena pengaruh media sosial bisa mengakibatkan seseorang emosi tidak terkendali.

Selain itu, faktor budaya, lingkungan terjadi tindak pidana juga bisa memperkuat seseorang melakukan tindak pidana.

Budaya membawa sajam di pinggang kadang masih ada ditemui di sejumlah daerah di Palembang, salah satunya memang ditemui di kawasan Kertapati dan Plaju yang masih ada hingga kini karena masuk daerah rawan kriminal.

Demikian budaya tawuran antar sekolah juga bisa menjadi faktor penyebab kekerasan di sekolah bisa terjadi.

"Penyebab pasti meninggalnya ini kan belum terungkap dan masih dalam penyelidikan namun secara teori dan hukumnya faktor-faktor itulah penyebabnya," kata Azwar, Rabu (8/2/2023), dikutip TribunJatim.com dari Sripoku.

Selain itu, Azwar Agus yang disapa AA ini juga menjelaskan, dalam kriminologi, apabila ada peluang dan kesempatan maka tindak kejahatan bisa terjadi.

Faktor lain penyebab tindak pidana salah satunya faktor sosial, ekonomi dan juga bisa karena ketersinggungan.

Budaya membawa sajam ini dilakukan untuk menunjukkan eksistensi bahwa yang membawanya jagoan, berani dan tidak takut apapun, sehingga tidak heran jika dia berani menusuk atau melukai orang lain karena emosi sesaat itu tidak dia pikirkan dampaknya.

"Dari sisi psikologisnya tidak dipikirkan apakah nanti akan berurusan dengan pihak berwajib, apakah nanti orang yang ditusuk akan terluka atau bahkan meninggal karena yang ada dalam pikirannya hanya dia ingin dikatakan berani dan jagoan," tambah AA.

Dia menambahkan, agar kejadian serupa tidak kembali terulang maka harus ada proteksi diri lingkungan juga keluarga.

Baca juga: Diduga Sakit Hati Baru Dipecat, Pelanggan Tusuk Penjual Nasi di Rusun hingga Tewas, Kini Buron

Proteksi mendasar yakni dari keluarga karena keluarga adalah lingkungan pertama anak tumbuh, sehingga harus menjadi contoh yang baik bagi anak, karena anak biasanya akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.

Oleh sebab itu keluarga harus memberi contoh agar tidak membawa sajam kemana pun pergi dan mengajarkan meninggalkan budaya membawa sajam itu.

Faktor lingkungan juga sangat penting karena selain meniru prilaku keluarga, lingkungan juga membentuk karakter seseorang.

Oleh sebab itu budaya membawa sajam juga harus ditinggalkan di lingkungan sosial atau masyarakat harus berhenti membawa sajam di pinggang.

"Terakhir tentu saja peran sekolah dibutuhkan dalam mengawasi siswa jangan sampai melakukan tindakan pidana dengan merazia barang yang dibawa siswa, sehingga tidak ada siswa yang membawa sajam ke lingkungan sekolah," tutup AA.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved