Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Tulungagung

Kasus Leptospirosis di Tulungagung, Bakteri Masih Ditemukan dalam Radius 200 Meter dari Rumah Pasien

Dinkes Kabupaten Tulungagung kembali  melakukan pembedahan tikus di lingkungan pasien leptospirosis.

Penulis: David Yohanes | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM/DAVID YOHANES
Pembedahan tikus dari lingkungan terjangkit leptospirosis yang dilakukan Dinas Kesehatan Tulungagung. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung kembali  melakukan pembedahan tikus di lingkungan pasien leptospirosis.

Pembedahan lanjutan ini dilakukan untuk mengambil sampel hewan pengerat ini di radius yang lebih luas.

Jika sebelumnya pembedahan dilakukan di radius 100 meter, kali ini pembedahan dilakukan dalam radius 200 meter.

Pembedahan dilakukan di dua lokasi, yaitu di Desa Dono, Kecamatan Sendang dan di Desa Suruhan Lor, Kecamatan Bandung.

“Yang di Kecamatan Bandung itu ada di lingkungan padat penduduk. Sementara yang Sendang ada di tepi area persawahan,” terang Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Didik Eka.

Dari ginjal tikus yang diuji di laboratorium, ternyata masih ditemukan bakteri leptospira, penyebab penyakit leptospirosis.

Baca juga: Masih Bebas dari Penjara, Perempuan Tulungagung Malah Ditangkap Polisi Lagi, Aktivitas Mencurigakan

Temuan ini mengindikasikan, radius potensi penyebaran bakteri ini ternyata lebih luas dari prediksi.

Temuan ini sudah dilaporkan ke Pemkab Tulungagung serta ke pemerintah desa setempat.

“Pemdes setempat juga sudah melakukan upaya gropyokan tikus. Jadi ada pembasmian besar-besaran yang dilakukan warga,” sambung Didik.

Lanjutnya, sebenarnya wilayah yang padat penduduk mempunyai risiko lebih tinggi terserang penyakit kencing tikus ini.

Namun dalam kasus di Desa Suruhan Lor, kasus leptospirosis ditemukan setelah terjadi banjir.

Sehingga diduga tikus-tikus itu berasal dari area persawahan sekitar, yang mencari perlindungan di rumah-rumah warga.

“Saat manjir liang tempat tinggal mereka basah. Lalu tikus-tikus itu cari tempat kering ke rumah warga. Itu yang patut diwaspadai,” tegas Didik.

Temuan ini menjadi peringatan masyarakat, agar menjaga kebersihan pribadi maupun lingkungan.

Salah satunya warga yang beraktivitas di sawah, diharapkan lebih berhati-hati.

Setidaknya menggunakan alat perlindungan diri dari kemungkinan kontaminasi kencing tikus.

Baca juga: Tak Habis Akal, Pengedar Miras Ilegal di Tulungagung Jual via COD & Tinggal WA, Kini Disikat Polisi

Lalu menutup makanan dan memastikan tidak terjamah oleh tikus.

Kebersihan lingkungan juga sangat penting, untuk memastikan tikus tidak tinggal di sekitar manusia.

Sebab lingkungan yang tercemar kencing tikus lebih berpotensi untuk terjangkit leptospirosis.

“Bakteri ini menyebar terutama lewat kencing tikus. Jadi lingkungan yang sehat tanpa tikus, akan menjaga kita bebas dari leptospirosis,” ujar Didik.

Sebelumnya ada 7 warga Kabupaten Tulungagung yang terjangkit leptospirosis.

Tiga di antaranya meninggal dunia, dan empat pasien lainnya bisa diselamatkan.

Korban berasal dari  Desa Pandansari, Kecamatan Ngunut, lalu dari  Desa Dono, Kecamatan Sendang dan satu lainnya dari Desa Punjul, Kecamatan Karangrejo.

Namun pasien dari Desa Punjul terserang saat berada di Sidoarjo. 

Karena ber-KTP Tulungagung, datanya masuk ke Dinkes Tulungagung. 

Baca juga: Warga Tulungagung Kaget Tempat Usahanya Tiba-tiba Berantakan, Terkuak Setelah Lihat CCTV

Berita Tulungagung lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved