Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

Kasus Leptospirosis di Jatim Meningkat, Sudah Ada Ratusan Kasus Tahun Ini, Pacitan Tertinggi

Kasus leptospirosis di Jawa Timur meningkat, sudah ada ratusan kasus pada tahun 2023 ini, Pacitan menjadi yang terbanyak.

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/David Yohanes
Proses bedah tikus dari lingkungan pasien leptospirosis di Desa Dono, Kecamatan Sendang, Tulungagung, untuk diambil ginjalnya, Selasa (7/2/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kasus leptospirosis di Jawa Timur meningkat beberapa waktu terakhir.

Sejauh ini, sepanjang tahun 2023, di Jatim telah terjadi 249 kasus leptospirosis

Untuk itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh masyarakat Jatim untuk meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan kebersihan, terutama di musim penghujan

"Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus leptospirosis pada tahun 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus,” kata Khofifah Indar Parawansa, Senin (6/3/2023). 

“Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan, penyakit ini bisa menyebar melalui urine dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan, terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa. 

Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian.

Penyakit ini bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine hewan terinfeksi. 

Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya, tetapi tikus merupakan penyebab utamanya. 

Berdasarkan data Dinkes Jatim dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus, dan jumlah kematian 6 orang. 

Selanjutnya Kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Kabupaten Gresik sejumlah 3 kasus, Kabupaten Lumajang sejumlah 8 kasus, Kota Probolinggo sejumlah 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus dan Kabupaten Tulungagung sejumlah 4 kasus. 

Khofifah pun mengimbau agar masyarakat yang merasakan gejala segera memeriksakan diri.

Gejala tersebut antara lain seperti demam (>38 derajat celsius), nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Mirip dengan demam berdarah, jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit bisa meninggal dunia.

Baca juga: Satu Warga di Malang Terjangkit Leptospirosis, Ketahui Gejala dan Cara Mencegahnya

“Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, jika merasakan gejala tersebut segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis,” jelasnya. 

Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim, Erwin Astha Triyono mengimbau masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) saat musim hujan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir, karena banyak penyakit yang dapat ditimbulkan, di antaranya leptospirosis.

Guna mengendalikan kasus leptospirosis di Jawa Timur, Kadinkes Jatim juga telah menginstruksikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi, serta melakukan koordinasi/jejaring dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis.

Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.

“Kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir saja, namun juga terkait dengan air yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia,” katanya. 

“Tak hanya itu, penularan leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi,” imbuhnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved